H. Nurkholis adalah nama bapak saya. Disiplin dalam mendidik anak-anaknya. BelIau pensiunan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Angkatan Laut. Meski dengan golongan rendah dari Golongan I sampai Golongan II hingga pensiun, tapi yang dilayani adalah para calon perwira marinir yang sedang menempuh pendidikan.
Bapak jadi pegawai sejak bujang, purna sekitar 2000an. Dulu tidak banyak yang mau jadi pegawai. Bapak ditawari seseorang. Meski tidak pernah mondok, bapak sangat gigih dalam berjuang.
Uniknya, bapak selalu ngurusi apa yang orang belum urus. Misalnya, Ketika kala masih aktif dinas, jamaah zuhur di masjid beberapa tahun tidak ada. Bapak rela pulang dari kantor di Gunug Sari Surabaya ke Pengampon hanya ingin ngopeni jamaah zuhur. Setelah zuhur balik lagi ke kantor. Itu dilakukan beberapa tahun, sampai jamaah zuhur di masjid mulai terbiasa dan membudaya hingga kini.
Termasuk merawat makam. Dulu tidak ada yang memerhatikan makam. Makam tampak tidak terawat. Jelang purna, bapak mulai merawatnya. Setelah mulai ada sedikit perubahan, baru dibentuk pengurus. Hingga kini di usia yang sudah masuk 75 tahun, masih mengurusi makam.