MERDEKA KURIKULUM

Oleh: Ahmad Prasetyo Aji*

Asal Madrasah : MTs Nurul Jadid Botolinggo Bondowoso

Keinginan untuk menulis tentang kurikulum viral itu sudah sangat lama. Akan tetapi penyakit lama selalu menghalangi keinginan itu. Saya selalu menghindari sikap latah pada sesuatu, sambil ingin melihat bagaimana respon sekitar tentang informasi itu. Waktu menjadi siswa sekolah dasar, kisaran tahun 90 an. Metode yang digunakan para guru waktu itu adalah CBSA. Cara Belajar Siswa Aktif. Dari namanya saja kita bisa tahu, bahwa metode itu mampu membuat peserta didik aktif didalam kelas.

Memasuki jenjang di atasnya, saya tidak tahu lagi metode apa yang digunakan. Pondok Pesantren mempunyai kurikulum sendiri. Tidak sama dengan lembaga formal lain kala itu. Anggapan di masyarakat memang ada benarnya. Setiap berganti pemerintahan, akan juga berganti kebijakan. Tidak sepenuhnya salah, pun tidak setengahnya benar. Perubahan dalam dunia pendidikan merupakan sebuah keniscayaan.

Dinamika kehidupan sosial kemasyarakatan selalu berubah mengikuti perilaku masyarakatnya itu sendiri. Masa lalu dengan masa yang sekarang, mempunyai perbedaan masing masing. Begitu juga tantangan masa kini berbeda dengan zaman dulu.

Masalah masalah sosial yang ada saat ini membutuhkan perhatian yang berbeda. Kerumitan yang didalamnya, membutuhkan cara cerdas untuk mengurainya. Misalnya saja ketika saat ini arus informasi begitu cepat mengalir, kemudian bertemu dengan kemampuan analisis informasi yang rendah dari informasi itu, terjadilah miskomunikasi yang berujung pada perdebatan yang tidak baik.

Ujaran ujaran kebencian menjadi hal yang lumrah kita temui. Hal ini terjadi karena rendahnya kemampuan membaca masyarakat saat ini. Bahasa kerennya itu kurang literasi, less literate. Latar belakang itulah yang kemudian menjadi dasar pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan kita saat ini dalam menghadapi persoalan diatas itu.

Baca Juga : GURU-GURU MA’ARIF DI MADIUN DILATIH IKM

Boleh boleh saja pemerintah berdalih bahwa Kurikulum Merdeka Belajar merupakan pengembangan dan penerapan dari kurikulum darurat yang diluncurkan untuk merespon dampak dari pandemi Covid-19. Hemat saya, ada atau tidaknya pandemi covid 19 yang lalu, kurikulum ini akan diubah oleh menteri yang baru. Itu bisa dilihat dari siapa yang diangkat sebagai menteri pendidikan kala itu. Pengangkatan mas menteri itu untuk menjawab persoalan kurikulum 2013 yang menurut sebagian kalangan memberatkan anak didik.

Maka kemudian mas menteri mengkonsep suatu sistem pendidikan yang bersifat otonom atau mandiri. Muatan isi pembelajaran berbasis lokal daerah. Dengan memperhatikan kebutuhan dunia kerja. Pendekatan yang dilakukan adalah supaya siswa mahasiswa bisa mengembangkan kemampuan diri sendiri. Mereka diberi kebebasan untuk memilih minat apa yang sesuai dengan dirinya.

Kita dapat mengambil kesimpulan, pendidikan harus berjalan sesuai dengan kondisi masyarakatnya, sesuai dengan perkembangan zaman dan disesuaikan untuk menyipkan siswa dalam kehidupannya di masa yang akan datang.

Untuk itu pemerintah memberikan garis besar kebijakan untu lembaga lembaga pendidikan sebagai berikut. 1. Sekolah memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan dan konteks masing-masing sekolah. 2. Kebijakan memilih kurikulum diharapkan dapat memperlancar proses perubahan kurikulum nasional karena dilakukan secara bertahap. Dapat dikatakan bahwa kebijakan memberikan opsi kurikulum sekolah merupakan salah satu upaya manajemen perubahan.

Esensi Kurikulum Merdeka adalah pendidikan berpatokan pada esensi belajar, di mana setiap siswa memiliki bakat dan minatnya masing-masing. Kelebihan yang paling mencolok dari penerapan kurikulum ini adalah adanya proyek tertentu yang harus dilakukan oleh para peserta didik sehingga dapat membuat mereka menjadi lebih aktif dalam upaya mengeksplorasi diri. Selain itu, kurikulum ini juga lebih interaktif dan relevan mengikuti perkembangan zaman.

Pembelajaran bahasa Inggris difokuskan pada penguatan kemampuan Pembelajaran minimal keenam keterampilan bahasa Inggris ini B1. Level B1 (CEFR) mencerminkan spesifikasi yang dapat dilihat dari Languages: Learning, Teaching, Assessment (CEFR) dan setara level menggunakan bahasa Inggris dalam enam keterampilan berbahasa,

yakni menyimak, berbicara, membaca, memirsa, menulis, dan mengacu pada Common European Framework of Reference for mempresentasikan secara terpadu, dalam berbagai jenis teks. Capaian kemampuan peserta didik untuk: -mempertahankan interaksi dan menyampaikan sesuatu yang secara komprehensif; dan diinginkan, dalam berbagai konteks dengan artikulasi jelas;-mengungkapkan pokok pikiran utama yang ingin disampaikan -mempertahankan komunikasi walaupun terkadang masih terdapat jeda.

*Ahmad Prasetyo Aji adalah MTs Nurul Jadid Botolinggo Bondowoso