KETULUSAN MENGALAHKAN YANG DIDAPATKAN

Setelah dua hari Jum’at-Sabtu (18-19/3/22) saya melatih Kepala Madrasah, ada temuan menarik dari sharing dengan bunda-bunda Raudlatul Athfal (RA). Menurut para kepala RA ini bisyarah yang rutin didapatkan rata-rata tidak lebih dari 150.000/bulan. Baru ada tambahan insentif per 3 bulanan yang angkanya juga tidak signifikan. Maka, tunjangan profesi tentu menjadi harapan besar bagi mereka.

Meski demikian, saya menyaksikan semangat yang luar biasa. Mereka tetap antusias mengikuti pelatihan dari pukul 07.30 hingga pukul 17.00 selama enam hari. Sabtu kemarin adalah sesi akhir. Semangat dan ketulusan sebagai pendidik anak usia dini yang lebih berat dari jenjang di atasnya saya saksikan sendiri.

Saya melatih di berbagai tempat, baru kemarin (di Kediri) tidak ada peserta yang terdengar ‘gupui’ pulang meski sudah pukul 16.00. Begitu pula masuknya. Sabtu pagi yang berkesempatan masuk jam pertama, pukul 07.30 mereka sudah stand by sebelumnya. Tidak ada yang terlambat.

Sebuah perjuangan tanpa batas tentunya. Ini yang disebut ruh ustadz lebih utama dari materi dan metode. Maka benar, “KETULUSAN MENGALAHAN YANG DIDAPATKAN”. Temuan ini saya sampaikan kepada mahasiswa S.1 Al Khoziny yang kemarin juga berkesempatan kuliah luring.

Dengan mata kuliah Strategi dan Model Pembelajaran PAI, pengalaman ini penting digetoktularkan kepada calon guru agar mereka tidak salah niat jika sudah masuk dan bercita-cita jadi guru. Jadilah guru yang baik, atau tidak sama sekali.