MASJID ALMUTTAQIN DAN PENTINGNYA EGALITARIANISME
Catatan Tarawih Malam ke-21
Malam ke 21 Ramadan (22/4) saya berkesempatan tarawih di Masjid Al Muttaqin Tawang Sari Permai. Masjid ini di komplek perumahan yang sangat heterogen. Maka, ‘pas’ jika saya kebagian tema ‘Menghormati Perbedaan’. Menghormati perbedaan mendorong kita bersikap egaliter yang kemudian melahirkan paham egalitarianisme.

Egalitarianisme adalah kecenderungan berpikir bahwa seseorang harus diperlakukan sama pada dimensi seperti agama, politik, ekonomi, sosial, atau budaya. Pemahaman ini penting diterapkan sebagai upaya menghormari perbedaan. Maka, saya katakan nensitir firman Allah, bahwa manusia secara qadrati diciptakan Allah berbeda. Jika mengingkari perbedaan, maka sama halnya mengingkari qadrat-Nya.
Sekadar refleksi, di masjid ini dulu saya sempat mengalami kejadian unik. Ketika saya jadi imam witir, seperti biasa ada dzikir khas ‘Shubhanal malikil quddus’. Tiba tiba ada seseorang yang mengecilkan volume. Tidak terima volume dikecilkan, jamaah lain memprotesnya. Sempat terjadi ketegangan. Untung hal itu tidak berlangsung lama.
Saat ini sudah mulai ‘bergeser’. Teknis pengamalan mengakomodir perbedaan-perbedaan itu. Setelah adzan ada pujian khas Ramadan ‘nawaitu shaumal ghadi’. Meski tarawih delapan rakaat diiringi bilal setiap salam. Meski witir tiga rakaat satu salam, tetap menggunakan qunut di raka’at terakhir.
Inilah cara merawat dan mengelola perbedaan. Betapa indahnya jika perbedaan itu dikelola dengan baik. Karena itu, sikap egaliter atau egalitarianisme penting diterapkan pada masyarakat yang heterogen.