MERAIH KONDISI IDEAL DENGAN EKOSISTEM DAN U PROSES MB

Catatat Hari Ketiga Orientasi Pelopor Penguatan Moderasi Beragama bagi Togamas se-NTB

Pada hari ketiga (Rabu, 30/3) peserta diajak melakukan semacam teatrikal yang dikenal Ekosistem PMB. Bahwa PMB ini bukan saja tugas dan tanggung jawab pemerintah, tapi seluruh anak bangsa. Maka, semua peran pihak terkait didramatisasikan di ekosistem ini.

Ada kejadian unik, tatkala uji coba mengekpresikan peran seorang istri yang memarahi suami. Pada saat ditanya kenapa pulang terlambat, suami bilang rapat di kantor. Eh, sang ‘istri’ dengan guyon, menampar suami, tapi justru kena pipi sungguhan, “plak”, kontan jadi bahan ketawaan.

Selanjutnya masuk materi U proses. U proses adalah analisis dari lanjutan Iceberg. Setelah menyelam dan pada posisi sumber di bawah, lalu naik ke permujaan kembali menuju kondisi ideal yang dicita-citakan bersama.

Diawali dari mengubah mindset melalui rethinking. Selanjutnya redesigning, membangun tatanan kembali dan reframing, membingkai dan memastikan apa yang didesain menjadi perilaku yang membudaya dan berkembang di masyarakat. Setelah itu didapatkan reacting, sebuah kondisi ideal berupa masyarakat yang egaliter dan inklusif.

Pada sesi ini memang yang tersulit. Terbukti pada saat presentasi siang ada saja kelompok yang salah penempatan. Misalnya mengubah mindset masih muncul di reframing. Tetapi tidak masalah sebagai pembelajaran. Dan, setelah diberi masukan oleh kelompok lain, diterima kelompok yang bersangkutan.

Sesi sore beralih pada kepeloporan. Pada sesi ini peserta diajak berpikir sejenak, apa bedanya seorang pemimpin diikuti karena jabatan dengan pemimpin diikuti karena kharisma. Saya contohkan julukan tuan guru. Mereka diikuti bukan karena jabatan formalnya, tapi jabatan yang disematkan oleh umat karena ilmu dan kharismanya.

Seorang pelopor tidak (harus) membutuhkan jabatan formal yang di-SK-kan atasannya, tetapi cukup dengan kepercayaan atau legitimasi dari masyarakat. Ini yang disebut pemimpin informal. Para tokoh adalah pemimpin informak. Karena itu peran tokoh agama dan masyarakat penting sebagai pelopor PMB. Mereka sudah memiliki basis massa yang jelas sesuai komunitas dan organisasi yang ada.

Terakhir, peserta melakukan refleksi dan tindak lanjut. Dan, semua peserta dari berbagai organisaai kemasyarakatan menilai pentingnya MB. Mereja juga siap menindak lanjuti sebagai pelopor PMB di basis masing masing dan masyarakat pada umumnya.

Malam hari para peserta mendapat materi penguatan dari Kepala Kerukunan Umat Beragama Dr. Wawan Junaidi. Sampai larut malam, mereka antusias menyimak paparan Kapus. Terbukti pada sesi tanya jawab berlangsung mereka tetap semangat.