PENGUATAN MODERASI BERAGAMA DAN ASWAJA, SEBUAH IKHTIAR PENGUATAN IDEOLOGI
Catatan PKKMB Unusida 2022

Oleh: Sholehuddin*
Salah satu materi Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasuswa Baru (PKKMB) Universitas Nahdlatil Ulama Sidoarjo (Unusida) adalah Moderasi Beragama dalam Perspektif Aswaja sebagai Upaya Penguatan Ideologi di Kalangan Pemuda dan Mahasiswa. Saya didapuk panitia memberikan materi pada Kamis (8/9) di Gedung Rohmatul Ummah. Menariknya, tanggal itu bertepatan dengan ulang tahun saya. Tak ayal, begitu memasuki hall, saya disambut ucapan selamat oleh panitia dan peserta sambil menyanyikan lagu “Selamat Hari Milad”. Ini mungkin pengalaman hidup dalam bertahniah ulang tahun yang tidak terlupakan.
Negara besar dengan tentara yang kuat tidak ada jaminan akan keutuhannya. Tetapi kemampuannya dalam mengelola sumber daya dengan segala kemajemukannya yang bisa mempertahankan keutuhannya. Indonesia dengan segala potensi yang dimiilki mampu mengelolanya dengan baik.
Namun demikian, ada tantangan yang harus diwaspadai agar keutuhan bangsa tetap terjaga, yaitu sikap beragama yang berlebihan yang tidak mempertimbangkan aspek kemanusiaan. Kedua adalah klaim kebenaran secara subyektif. Selain itu, semangat beragama tetapi tidak dimbangi dengan cinta-tanah air.
Maka, hadirnya Moderasi Beragama menurut saya selaku Instruktur Nasional Penguatan Moderasi Beragama Kemenag menjadi sebuah keniscayaan. Moderasi sebagai sikap, cara pandang dan perilaku keagamaan yang mengedepankan prinsip keseimbangan dan nilai kemanusiaan tanpa mengurangi keyakinan masing masing agama. Ada empat indikator moderasi beragama menurutnya yakni taat konstitusi, toleransi, anti kekerasan, dan menghormati tradisi.

Baca Juga : MAMBAUL HIKAM WAKILI DLH JOMBANG
Ini sejalan dengan konsep Aswaja yang kehadirannya menjadi penyeimbang dalam konstelasi keagamaan. Konsep tawassuth, tawazzun, i’tidal dan tasamuh sebagai prinsip keberagamaan Aswaja menjadi penguat moderasi beragama dalam perspektif Aswaja.
Selain itu di dalam Aswaja ada Mabadi’ Khairu Ummah seperti sidiq dan amanah yang sarat dengan prinsip kemaslahatan ummat. Kemaslahatan umum menjadi salah satu dari 9 kata kunci moderasi beragama. Prinsip dasar ini jika dilanggar akan merusak kehidupan umat manusia. Perlu disadari, bahwa menciptakan kemaslahatan dalam mewujudkan kedamaian sama halnya membangun esensi agama. Sebaliknya merusak kehidupan apa lagi atas nama agama sama dengan merusak bangunan agama itu sendiri.
Kehadiran Nahdlatul Ulama sebagai ormas dengan faham Aswajanya dapat memperkuat keutuhan negara melalui domain agama. Sebab, isu agama sangat mudah digunakan untuk meruntuhkan negara. Sistem keberlanjutan sebuah program apapun, harus disinergikan antara pengambil kebijakan, ormas, akar rumput dan pemilik otoritas keagamaan yang dalam hal ini ulama atau ahli agama. NU menjadi kekuatan kultural yang bisa menjembatani program penguatan moderasi beragama (PMB).
Maka, sebagai generasi muda NU, Mahasiswa Unusida terutama Duta Mahasiswa sudah seharusnya bisa menjadi pelopor PMB. Karena itu materi Ke-NU-an dengan tema Moderasi Beragama sudah menjadi keniscayaan di kalangan mahasiswa Unusida. Mereka tidak saja menjadi duta mahasiswa tapi juga harus menjadi Duta PMB di dunia kampus. Maka, menjadi mahasiswa Unusida tidak boleh ‘kagetan’.
*Dr. H. Sholehuddin, M.Pd.I, Instruktur Nasional PMB, Ketua ISNU Sidoarjo dan Sekretaris BPP Unusida.