PMB dan Urgensitasnya bagi Guru PAI Sekolah dan Madrasah
Catatan Pelatihan Penggerak PMB di BDK Surabaya

Balai Diklat Keagamaan Surabaya semakin konsen menyasar para guru dalam Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama. Kegiatan berlangsung selama enam hari (10-15/4) diikuti 105 peserta yang dibagi menjadi tiga angkatan. Para narasumber selain dari internal BDK Surabaya, Instruktur nasional juga dari para ahli seperti Prof. Nizar, Prof. Arskal Salim dan Wawan Junaidi.
Pelatihan ini penting bagi guru PAI Sekolah dan Madrasah. Sebab, selain sebagai penggerak mereka juga harus menginternalisasikan PMB kepada publik dan peserta didik. Seperti biasa peserta diawali dengan sesi overview. Sebagai sarana perkenalan, juga mengurai harapan dan kekhawatiran peserta akan PMB dan pelatihan ini. Berikut alur pelatihan selama enam hari.

Menalar Keberagamaan
Materi Udar Asumsi bangun perspektif, Peta bukanlah wilayah sebagai pintu masuk membongkar pola pikir membangun perspektif. Peta berbeda dengan wilayah. Peta adalah gamvaran asumsi, sedangkan wilayah adalah realita. Asumsi sering berbeda dengan kenyataan. Membangun kesadaran akan pentingya merefleksi setiap kejadian berdasar pelajaran dan pengalaman, bukan berdasar asumsi apa lagi buruk sangka. Dari sini mereka lebih mengenal satu sama lainnya. Saling mengenal ini harus didukung dengan menghilangkan sikap egosentris yang bisa merusak atau membiaskan pengetahuan (bias cognitif).
Sketsa kehidupan keberagamaan, memberikan gambaran kondisi kehidupan masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, tetapi hal itu terpusat di pulau Jawa. Tiga kelompok masyarakat yang akan memguasai penduduk Imdonesia yakni masyarakat urban, menengah, dan milenial mengantarkan pada fenomena generasi muslim baru (dan tentu di agama lain juga ada) menjadi tantangan tersendiri. Kedekatan mereka pada teknologi dan religius menjadi daya tarik sekaligus menarik perhatian genersi muda untuk bergabung atau menjadi simpatisan. Yang dikhawatirkan adalah sikap eksklusifisme dan intoleransi di kalangan masyarakat terutama generasi muda. Munculnya permukiman khusus agama adalah salah satunya.
Di sisi lain bangsa Indonesia memiliki modal sosial sikap toleran antar umat dan intern agama. Banyak ditemukan bangunan tempat ibadah berdampingan. Melalui studi kasus ini peserta diajak scenario thinking melalui dua skenario berpikir, apa yang akan terjadi jika dua kondisi ini berlangsung dan kemungkinan berbelok arah dengan segala penyebabnya. Artinya, sebagai bangsa tidak boleh lengah, harus waspada atas segala hal terburuk dengam bersikap prefentif. Saat ini Indonesia masih aman dan damai. Tapi tidak ada jaminan masih utuh jika masyarakat terbelah dan munculnya disintegrasi bangsa.
Untuk memperkuat logika berpikir, para peserta diajak menganalisis kondisi sosial dengan teori Gunung Es (ice berg). Apa yang terjadi (event) dipermukaan ditopang tiga lapisan. Mulai fenomena yang berkembang di masyarakat (trend), sistem struktur, dan mental model. Selain itu, ada hal yang bisa memengaruhi mental model yaitu sistem otak.

Nilai-nilai Universal dan Landasan teologis MB
Nilai-nilai universal moderasi beragama menjadi sumber untuk memperkuat argumentasi MB. Bahwa MB berangkat dari nilai-nilai universal yang setiap agama mengajarkan. Misalnya, kemanusiaan, toleransi, kasih sayang dan kemaslahatan semua agama mengajarkan hal yang sama. Bisa dikatakan ini sebagai dalil naqli MB. Jika yang bertolak belakang atas hal tersebut itu lebih pada penafsiran yang salah atas konsep beragama. Di disilah perlunya diluruskan dengan dalil yang kuat oleh para ahli.
Dalam konsep “titik temu” atau “kalimatun sawa” yang banyak dibahas para cendekiawan lintas agama bisa digunakan untuk mempertemukan atau mendialogkan antar umat beragama. Di tengah perbedaan, pasti ada kesamaan, maka tugas kita mengedepankan kesamaan, jauhkan perbedaan. Dari sekian perbedaan mengerucut pada satu ajaran cinta kasih yakni, cinta tuhan dan cinta sesama.

Konsep Moderasi Beragama
Nilai-nilai universal menjadi pintu masuk konsep moderasi beragama. Dalam buku peta jalan Moderasi Beragama Kemenag RI, disebutkan bahwa moderasi beragama adalah “Cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama
dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama – yang melindungi
martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum – berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa”.
Setelah dipahami konsep MB, ada 9 Kata Kunci yang di dalamnya memuat 4 indikator yaitu kemanusiaan, kemaslahatan umat, adil, berimbang, taat konstitusi, komitmen kebangsaan, tolerasnsi, anti kekerasan, dan penghormatan kepada tradisi. Sembilan kata kunci MB ini merupakan versi Kemenag.

Wawasan Kebangsaan dan Sikap Diri ASN Kemenag
Pada wawasan kebangsaan, memperkuat posisi Kemenag dalam merawat keberagaman sebagaimana konsep wawasan kebangsaan. Karena itu peserta diajak berdiskusi mengapa kemenag ada, bagaimana jika kemenag tidak ada, kebijakan apa yang bisa memperkuat Kemenag. Eksistensi kemenag tidak lepas dari Sikap dan kapasitas Diri ASN Kemenag yang meliputi Wawasam Keagamaan, Wawasan Kebangsaan, kecakapan, Sikap Diri, dan paham konteks kehidipan Keagamaan. Materi ini diperkuat dengan Hot 7 Dot. Menggambar simbol moderat dan tidak moderat ini mengarahkan pada kesadaran bahwa mengubah dari moderat ke tidak moderat lebih sulit dari pada sebaliknya.

Ekosistem PMB
Pada materi ini peserta diajak bermain social precensing theater. Peserta bermain peran dengan cara non verbal dan ekspresi. Materi ini memperkuat peran masing-masing pihak dalam mengatasi problem sosial keagamaan.

Strategi Penguatan MB Beragama: U Proces dan Membangun sebuah Gerakan
Rethinking, Redesegning, Reframing dan Reacting adalah sebuah upaya menuju kondisi ideal melalui U Proces. Kegiatan ini dimulai dari mengubah mental model menjadi mental model baru. Pada akhirnya adalah sebuah kondisi di mana masyarakat merasakan kedamaian melalui sikap inklusif egaliter dan moderat.
Materi puncak adalah Membangun Gerakan Kepemimpinan dan Kepeloporan. Bahwa Gerakan PMB membutuhkan kepeloporan dan kepemimpinan secara informal. Apa lagi sebagai gerakan perubahan berkelanjutan, membutuhkan kebijakan publik, dukungan ormas, dan sumber teologi serta masyarakat akar rumput.
Materi yang tak kalah berkesan adalah refleksi. Mereka melihat, mendengar, merasakan arti penting pelatihan Penggerak PMB. Meski dikemas santai peserta merasakan suasana batin dan ingin segeta menindaklanjuti pasca pelatihan. Apresiasi tentunya kepada penyelenggara dan para narasumber atau fasilitator.

*Dr. H. Sholehuddin, M.Pd.I adalah widyaiswara Bdk Surabaya dan Instruktur Nasional PMB
Mantab Pak
Apa Kiat2 Untuk Mengikuti & Meneladani Jejak Bapak ?
Jangan putis asa, dan terus belajar kepada orangvsukses. Selanjutnya ikuti takdir baik
Dampak apa untuk pelatihan pmb terhadap guru pai?
Selain adanya perubahan pola pikir beyragama juga haeus menjadi pe ggerak
Dengan adanya Diklat Keagamaan Surabaya bertujuan semakin konsen menyasar para guru dalam Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama dan memfokuskan kegiatan kegiatan yg positif dan bermanfaat bagi masyarakat dengan kegiatan keagamaan.
Terima kasih bermanfaat disini saya mau bertanya bagaiman cara agar bangsa Indonesia mau belajar untuk bertoleransi antara agama khusus nya bagi para remaja jaman sekarang yang kurang nya kemauan untuk belajar untuk bertoleransi
Alhamdulillah bagus ustadz ,,
pertanyaan: Apakah Setiap individual manusia Harus memiliki kepribadian sebagai pemimpin,, Walaupun tidak menyeliputi sebuah pendidikan yang melibatkan kedalam kepolitikan
Setiap prubadi harus menjadi pemimpin, minimal i formal
Bagaimana contoh cara non verbal dan ekspresi Ketika bermain social precensing theater?
Contohnya de gan bermain petan tanpa bicara
Materi yang tak kalah berkesan adalah refleksi. Mereka melihat, mendengar, merasakan arti penting pelatihan Penggerak PMB.
Ya, betul
alhamdulillah artikel bapak bagus….
Mengenai Nilai-nilai universal menjadi pintu masuk konsep moderasi beragama. Dalam buku peta jalan Moderasi Beragama Kemenag RI, disebutkan bahwa moderasi beragama adalah “Cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama
dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama – yang martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum – berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa”.
pertanyaan : bagaimana kita menerapkan sistem MB ke dalam pendidikan agama islam
Melihat rubrik di atas, memang sangat amat menarik jika kita membahas tentang PMB dan Urgentasinya, Namun sudahkah titik Urgentasi tersebut dalam mengembangkan PMB bagi Guru di Sekolah atau Madrasah, pada Situasi Modernisasi saat ini ?
Apakah di indonesia atau di lembaga lembaga tertentu sudah memiliki strategi penguatan MB beragamaan. Karena dalam strategi penguatan MB ini yang telah saya baca juga sangat penting jika di lembaga atau di madrasah madrasah itu sangat di butuhkan oleh seorang pengajar lebih tepatnya jika itu di miliki seorang guru PAI
Kalo di kampus ada,rumah moderasi. Di kampung ada kampung moderasi
Alhamdulillah sangat bermanfaat dan semoga makin bisa berkeatifitas dalam dakwah di era modern ini untuk masyarakat yang kurang faham tentang islam di zaman modern ini.
Adanya Web digital seperti kita bisa memudahkan / gampang untuk mencari ilmu, sehingga ketika kita membutuhkan materi kita tinggal mencari web seperti ini. Sangat menguntungkan bagi para pendidik atau peserta didik.
Apa keuntungan PMB bagi universitas yang bersangkutan
Subhanallah terimakasih atas ilmunya ustad
Izin bertanya, bagaimana cara peserta didik dalam menyikapi maraknya non toleransi di lingkungan sekolah bagi siswa
Ajarkan menerima perbedaan dari hal terkecil,misalnya masalah bentuk tubuh berbedazsg yg lain
apa yang akan terjadi jika dua kondisi keberagamaan kemungkinan berbelok arah atau berbeda pendapat dengan segala penyebabnya atas segala hal terburuk dengam bersikap prefentif dan bagaimana menanggapinya?
menanggapi mengenai makna kita mengedapankan kesamaan bukan perbedaan, jadi menurut saya dgn suatu perbedaan persoalan” yang tdi diperdebatkan akan menjadi titik temu dengan berbagai pendapat akan tetapi apabila perbedaan ini bukan tujuan untuk egoisme melainkan suatu kemufakatan bersama