MEMBERSAMAI TAMU ALLAH (HINGGA PASCA)

Catatan Menghadiri Silaturrahim Haji Kloter 70 Tahun 2019

H. Sholehuddin*

Pada 2019 saya ditakdir menjadi petugas kloter Jamaah Haji Indonesia tepatnya Kloter 70. Sebagai Tim Pemandu Haji Indonesia saya harus melayani 450 jamaah. Sebuah kehormatan bisa melayani tamu Allah.

Tiga tahun berselang jamaah haji masih menjalin komunikasi. Mereka mengadakan pertemuan rutin bulanan. Kali ini digelar di kediaman H. Badrus Salam di sebuah Perumahan di kawasan Gelam Candi Sidoarjo.

Berkaitan itu, saya dihubungi Aba Dodik dan Aba Badrus Salam. Beliau adalah pengurus forum Silaturrahim Haji Kloter 70 Rombongan 1 dan 2. Saya sampai didatangi di rumah. Beliau mengundang saya selaku Ketua Kloter saat itu. Meski barengan acara sesuai yang ditentukan, saya usahakan bisa hadir setelah undangan kubroan di Driyorejo Gresik.

Hari Ahad (18/9) kemarin pelaksanaannya. Saya keluar dari kubroan pukul 11 kurang 15 menit. Sampai lokasi pukul 11.35. Alhamdulillah saya masih ‘nututi’. Sesampai di lokasi, terdengar KH. Rofiq Siraj sedang memberikan tausiah. Sambil memejamkan mata (kebiasaan beliau), tidak melihat saya datang padahal ada di depan Mustasyar PCNU Sidoarjo itu.

Kok dilalah kersane Gusti Allah saat itu nama saya disebut. “Doktor Sholehuddin niku lak tiange alit….”, sebut beliau. Kontan saja jamaah setempak “Lah niki tiange”. Beliau agak terkejut sambil membuka mata dan memandang saya. Saya langsung disamblek dengan gaya guyon. Saya pun menyalami beliau dan mencium tangan salah satu pendiri KBIH Rohmatul Ummah itu.

Beliau pun melanjutkan cerita mengenang masa lalu. Hebatnya, meski yang beliau bimbing dan dampingi tidak terhitung berapa kali dan kloter tapi masih ingat cerita yang terjadi pada Kloter 70, termasuk pada saat Kloter 70 terpilih di antara 30 kloter yang mendapatkan layanan VVIP di Bandara Madinah jelang kepulangan.

Menjadi petugas haji adalah impian semua ASN Kemenag. Saya saat itu, jangankan haji, umroh saja belum pernah. Banyak cerita yang bisa dituangkan sebagai petugas. Beruntung, saat itu yang saya pandu adalah semua Jamaah KBIH Rohmatul Ummah jadi satu. KBIH RU adalah KBIH milik PCNU Sidoarjo dengan jumlah terbesar jamaah se- Sidoarjo.

Selaku Ketua ISNU yang juga santri saya dapat anugerah luar biasa sekaligus tantangan. Sebab, selain harus bertanggung jawab kepada Kemenag secara struktural, secara kultural harus “Sam’an wa tha’atan” kepada kyai. Meski ada kendala, dan tentu semua ada kendala. Berkat koordinasi dan kerjasama semua kendala bisa teratasi meski belum bisa memuaskan semua.

Pinjam jamaah
Pengalaman mengatasi kendala, salah satunya terjadi pada saat mau ada kunjungan pembinaan Amirul Haj. Semula dari Sektor dan diagendakan hari Jumat, ternyata tiba tiba diundur Sabtunya. Padahal hari Sabtu KBIH sudah ada agenda sendiri. Maka, saya harus mencari solusi bagaimana caranya kedua kepentingan jalan.

Saya coba kontak teman ketua kloter Lumajang yang satu hotel. Saya tanya, Sabtu apa ada agenda keluar, ternyata takdir Allah Sabtu tidak ada agenda. Akhirnya saya ‘pinjam’ jamaahnya untuk bisa ikut di pembinaan ibadah selain jamaah kloter saya yang sebagian berada di hotel karena sakit.

Bersykut solusi itu bisa menjadi titik temu keduanya. Agenda Amirul haj tetap jalan, agenda jamaah juga tetap jalan. Akhirnya keduanya merasa puas.

Intinya sebagai pelayan tamu Allah tidak sekadar teori dikuasai. Sebab, ada teori yang terkadang berbeda di lapangan. Apa lagi jika berhadapan dengan muassasah, sementara tidak sejalan dengan keinginan jamaah maka diperlukan jalan tengah.

Maka, melayani tamu Allah prinsipnya memberikan yang terbaik, baik pada saat pelaksanaan maupun pasca. Saya hadir di acara kemarin termasuk bagian dari layanan pasca haji. Semoga ada kesempatan di lain waktu. “Allahumma yassir lana ziarah Makkah Wal Madinah”.

Dr. H. Sholehuddin, M.Pd.I, adalah TPHI Kloter 70 tahun 2019.

Baca Juga : Tahlil Kubro Muslimat-Fatayat NU Kec. Driyorejo Gresik