GRIYA AL-QURAN DAN PEMBELAJARAN AL QURAN BAGI ORANG DEWASA

Spread the love

Sidoarjo, YoKersane, sholehuddinur.com

sholehuddin membersamao di griya alquran

Bertemakan “Guru Komunikatif, Kelas Menjadi Menarik”, menjadi tantangan tersendiri bagaimana mengemasnya. Itu saya hadapi di depan para ustadz ustadzah Griya Al Quran Kompleks Perum. Pondok Jati Sidoarjo (Jum’at, 30/9). Bukan tanpa sebab, mereka adalah pembina di lembaga pendidikan Al Quran. Peserta didiknya adalah orang dewasa. Usianya rata-rata 50 tahun ke atas. Tentu harus menggunakan berbagai pendekatan dan teknik pembelajaran.

Paling tidak ada dua catatan dalam sebuah sistem pembelajaran. Pertama, substansinya atau materinya adalah al Quran. Ada muatan materi berdasarkan tingkatan kemampuannya. Mulai dari dasar, lanjutan sampai mahir. Kaitan dengan dengan ini Griya Al-Quran sudah memiliki kurikulum bahkan bahan atau sumber belajar tersendiri.

Kedua, pendekatan, ini yang kemudian perlu didesain sesuai usia mereka, yakni orang dewasa. Maka, kita perlu memberikan layanan kepada mereka sesuai kebutuhannya. Orang dewasa memiliki pengalaman dan latar yang berbeda demgan usia di bawahnya. Saya mencoba simulasi dengan salah satu ustdz. Saya dorong pembelajaran komunikatif dan ‘nguwonge’.

Metode pembelajarannya. Misalnya harus musafahah, tatap muka. Saya mencoba menawarkan pembelajatan interaktif dengan menggunakan kartu. Ini sejatinya untuk variasi saja terutama jika pembelajaran di waktu ‘rawan’. Bisa dilakukan sambil duduk ataupun berdiri tergantung situasi.

Memang profesionalisme Guru Al Quran sangat diharapkan karena ada kekhasan tersendiri selain sanad keilmuwan yang telah dimiliki mereka. Saya sempat menanyakan latar pendidikan al Qurannya yang rata rata dari pesantren huffadz. Ini modal penting di saat banyak lembaga dengan iming-iming program tahfidz, tapi gurunya sendiri tidak berlatar hafidz dan bersanad.

Baca Juga : TRIANA LUSITA SARI, PENDAMPING PPH ANDALAN ISNU SIDARJO

Yang luar biasa mereka sepakat jika guru Al Quran harus memiliki nilai lebih dan profesional. Dan, pembinaan sudah menjadi kebutuhan. Menurut Ustadz Abd. Aziz (Pengajar Tahfidz Griya Al-Qur’an Sidoarjo), “Guru Al-Qur’an itu mengajarkan kalam-kalam Allah. Mestinya harus lebih profesional dari guru-guru lain. Maka, pembinaan rutin yang kita lakukan adalah salah satu ikhtiar meningkatkan profesionalisme guru di lembaga kami”, ujarnya.

Begitu pula menurut Ust. Rokhim Ahmad (Kepala Griya Al Quran), bahwa guru al-Quran harus serba bisa. “Motivasi yang disampaikan beliau (narsum) sangat penting bagi kami, agar guru Al-Qur’an harus multi talenta dan siap menghadapi semua problem yang ada di masyarakat”.

Maka, dengan latar saya yang juga berangkat dari Guru Al-Quran dan bagaimana contoh cara memperlakukan para ustadz dalam pembelajaran, sudah cukup menjadi model bagaimana pembelajaran interaktif dan komunikatif dan dialogis bagi orang dewasa. Suasana akrab lebih nampak dan tidak ada kesenjangan atara pendidik dan terdidik. Itulah kira-kira pembelajaran Al Quran bagi orang dewasa.

  • Dr. H. Sholehuddin, M.Pd.I adalah Ketua PC ISNU Sidoarjo, Widyaiswara Bdk Surabaya dan Guru/pengelola LPQ Baitul Hikmah Sepanjang Sidoarjo.

Mungkin Anda juga menyukai

1 Respon

  1. 10/08/2022

    […] Baca Juga : GRIYA AL-QURAN DAN PEMBELAJARAN AL QURAN BAGI ORANG DEWASA […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *