Oleh : Robbidin*

Nama saya adalah Robbidin dengan double B. saya tegaskan nama saya dengan double B. Nama ini mungkin satu-satunya hal yang saya warisi dari almarhum kakek buyut yang namanya juga Robbidin. Sewaktu masih menjadi santri baru di Pesantren nama Robbidin ini sering menjadi kontroversi. Ada beberapa kakak kelas yang sama-sama masih belajar mempermasalahkan arti nama saya, memang pada saat itu yang saya tahu arti nama Robbidin kalau diterjemah perkata menjadi Tuhan Agama. Robbi itu Tuhan sedangkan Din itu agama. awalnya sayapun bingung haruskah menggati nama saya dengan sesuai dengan saran kakak kelas waktu itu.

Setelah beberapa tahun belajar di pesantren akhirnya saya tahu di dalam kitab Rowai’ul Bayan Tafsiru ayatil Ahkam minal Qur’an tulisan Syaikh Muhammad Ali As-Shobuni, kata Robbi mempunyai beberapa arti diantaranya adalah orang yang memperbaiki. Sehingga saya tidak lagi ragu dengan nama saya. Hal ini tentu saja karena barokahnya lama belajar, sebab waktu belajar yang lama termasuk syarat mendapatkan ilmu. Seperti yang telah di jelaskan dalam kitab Ta’limul Muta’alim karangan Syaikh Az Zarmuji bahwa syarat-syarat untuk mendapatkan ilmu itu ada enam yakni Kecerdasan, mempunyai kemauan, sabar, mempunyai biaya, adanya petunjuk dari guru, dan dalam waktu yang lama

Profesi saya adalah guru namun secara pribadi saya masih merasa perlu belajar banyak untuk menjadi guru yang hakiki. Tugas guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada anak didik akan tetapi berusaha membentuk jiwa dan kepribadian anak didik menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Artinya anak didik tidak hanya mengetahui tetapi juga mengamalkan ilmu yang dipelajarinya. Guru juga harus menanamkan norma-norma yang ada kedalam sanubari setiap anak didik. Profesi guru sebenarnya bukanlah profesi yang saya cita-citakan dari kecil. Motivasi saya memilih menjadi guru tidak lain dan tidak bukan karena mengikuti arahan orang tua dan tentunya Maha guru KH. M. Basori Alwi Singosari Malang. Beliau selalu berpesan kepada santri-santri agar selalu mengajar apapun keadaannya. Dawuh beliau yang selalu saya ingat adalah ”Setiap segala sesuatu ada zakatnya, dan zakatnya ilmu adalah mengajar”. Menurut beliau Zakat itu ada yang artinya bertambah. jadi orang yang mengajar pasti akan bertambah. Bertambah disini bisa bertambah ilmunya, bertambah rezekinya, dan bertambahnya kebaikan-kebaikan yang ada pada diri guru.

Saya sembilan tahun mengajar di Madrasah Tsanawiyah Swasta Al Hidayah Bangkalan sebagai guru honorer. Saya mengikuti tes seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Kemenag Jawa Timur Tahun 2018 dengan memilih formasi Guru Al Qur’an Hadits untuk penempatan secara acak seluruh Jawa Timur. Alhamdulilah setelah mengikut seluruh tahapan tes, berkat barokahnya mengajar dan berkat dukungan serta do’a Orang tua, Guru-guru, sanak keluarga serta semua orang yang mendo’akan, saya lulus tes. Takdir kemudian menempatkan saya di Madrasah yang berada di kelurahan Medokan Ayu Kecamatan Rungkut Kota Surabaya, yakni Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Kota Surabaya. SK CPNS yang saya tunggu-tunggu beberapa bulan setelah pengumuman kelulusan, akhirnya turun setelah genap tiga hari setelah saya menikah. Inilah yang menambah kebulatan hati dan keyakinan saya akan janji Allah, bahwa orang-orang yang menikah diluaskan rezekiya seperti yang termaktub dalam Surat An-nur ayat 32 yang artinya ” Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”

Baca Juga : PW LP MA’ARIF JATIM SIAPKAN PENYUSUN SOAL AK

Sejak bulan Juli 2019 saya bertugas dan mengabdi di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Kota Surabaya. Madrasah ini telah membuat saya terkesan sejak pertama kali datang dan mengikuti kegiatan Diklat Teknis Subtantif, Media Pembelajaran berbasis Multimedia. Saya banyak menemui orang-orang Hebat, Kepala Madrasah yang Visioner dan guru-guru yang selalu semangat dalam belajar dan mengembangkan llmunya. Orang-orang ini yang menerapkan Long Life education atau pendidikan seumur hidup, dengan mengamakan hadits tentang anjuran mencari Ilmu Minal Mahdi ’Ilal Lahdi, mencari ilmu dari sejak buaian sampai keliang lahat. Satu lagi hal yang paling membuat kesan pertama saya di madrasah ini begitu istimewa ketika melihat Kepala Madrasah beserta guru-guru Sholat berjama’ah di Masjid. Inilah Role model sesungguhnya yang pantas diikuti oleh peserta didik.

Untuk menuju Madrasah yang jaraknya sekitar 45 KM dari tempat tinggal saya, Desa Martajasah Bangkalan, saya tempuh perjalanan menggunakan sepeda motor dengan menyeberangi jembatan terpanjang di Indonesia, Jembatan yang menghubungkan pulau jawa dan madura, yakni jembatan Suramadu. Setiap hari senin sampai jum’at berangkat pagi hari menikmati dinginnya udara dan pulang sore hari menerobos kemacetan Jalanan surabaya dengan harapan setiap langkah dan putaran roda sepeda dihitung pahala oleh Allah SWT. Karena sesungguhnya jika profesi ini hanya memperhitungkan aspek materi dunianya saja maka ini merupakan sebuah kerugian, namun jika yang diperhitungkan aspek Ibadah dan akhiratnya maka profesi guru adalah profesi yang menawarkan keuntungan yang luar basa, asalkan disertai niat yang benar dan keikhlasan karena Allah SWT. Bahkan setiap orang tidak akan mengenal Tuhannya jika tanpa perantara gurunya, sebagaianya ungkapan yang telah masyhur ”Laula Murobbi Ma ’Aroftu Robbi”, Kalau Bukan Karena Guruku, Maka aku tidak mengenal Tuhanku.

Setelah satu tahun lebih saya bertugas di MTsN 3 Kota Surabaya. Dalam perjalannnya banyak hal menarik yang telah saya lalui. Menjadi Wali kelas dari peserta didik yang luar biasa, mendatangi tempat tinggal peserta didik, berkomunikasi dengan guru-guru dan wali peserta didik terkait permasalahan yang ada, mengurus menyelesaikan permasalahan peserta didik, membimbing peserta didik sholat dhuha, dhuhur, dan asar berjama’ah, membimbing santri ma’had membaca al Qur’an, bermalam untuk menjaga santri ma’had, sampai melakukan pembelajaran daring dan luring pada masa pandemi Covid19. Pada bulan Juli tahun 2020, SK pengangkatan PNS saya turun bertepatan genap tiga bulan lahirnya anak saya yang pertama.

Saya sadar ini bukan hanya anugerah tapi yang jelas adalah sebuah amanah. Ini bukan puncak perjalanan tapi awal sebuah pengabdian. Harapan saya Allah selalu membimbing hati dan akal ini agar selalu istiqomah dalam kebenaran. Harapan saya juga agar Allah selalu memberikan barokah terhadap semua yang di anugerahkan kepada Saya, baik keluarga, rezeki, tentunya kebarokahan dalam profesi saya, kebarokahan dalam belajar dan mengajar.

*Robbidin, S.Pd.I, adalah Guru MTsN 3 Kota Surabaya