UIN ALAUDDIN PERTAMA GELAR TOT PMB PTKIN

Makassar, YoKersane.
Penguatan Moderasi Beragama (PMB) sudah menjadi trend. Tidak saja di kalangan birokrasi di Kementerian Agama, tapi juga di dunia kampus. Jika bicara rumah moderasi sudah lazim di kampus Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKIN). Mereka sebagian juga sudah dilatih PMB. Tetapi jika menggelar Training of Trainer (ToT) itu baru di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Yang luar biasa lagi, pesertanya mulai rektor, para pimpinan, para guru besar, hingga dosen muda.

Kegiatan berkat kerja sama antara Pusdiklat Tenaga Administrasi dengan UIN Alauddin Makassar. ToT berlangsung selama 6 hari (10-16/10) di Swis Belhotel Makassar. Diikuti sebanyak 40 orang peserta yang trrdiri dari para pimpinan dan dosen muda. Narasumber melibatkan tim inti pokja PMB dan Instruktur Nasional.

Prof. Hamdan Rektor UIN mengungkapkan, UIN Alauddin Makassar merupakan PTKIN pertama yang menggelar ToT. “Saya berterima kasih kepada Pusdiklat Tenaga Administrasi yang telah berkenan menjalin kerja sama dalam ToT PMB ini”, tuturnya. Menurutnya ini tidak lepas dari komunikasi intens bersama Bu. Alissa Wahid selaku tim Pokja PMB. Bahkan beliau sendiri menginisiasi kegiatan ini. Prof. Hamdan berharap, hasil ToT ini bisa disinergikan dengan pemerintah daerah khususnya di Sulawesi Selatan.

Ketua Pokja PMB Prof. Nizar Ali dalam pengarahannya mengapresiasi kegiatan ini. Menurut Wakil Ketua PBNU tersebut, Ini bisa menjadi role model ToT di lingkungan PTKIN. Prof. Nizar mengungkapkan latar PMB. Menurut Sekjen Kemenag itu, ada dua tantangan bangsa Indonesia saat ini, yakni keindonesiaan dan keberagamaan. Hal ini bermuara pada berkmbangnya sikap dan cara pandang, serta perilaku beragama secara ekstrim dan mengabaikan martabat kenanusiaan.

Selanjutnya, berkembangnya klaim kebenaran secara sepihak dan subyektif dan menafikan pendapat orang lain. Yang terakhir semangat beragama yetapi tidak sejalan dengan cinta tanah air. Maka, cara mengejawantahkan adalah dengan mengamalkan esensi agama seperti. melindungi martabat kemanusiaan dan memajukan kemaslahatan umum.

Untuk mengetahui seseorang moderat atau tidak minimal ada empat. Ini yang disebut indikator MB. Empat indikator itu seperti, komitmen kebangsaan atau taat konsititusi, toleransi, anti kekerasan, dan adaptif terhadap budaya lokal.

Sebelumnya Kepala Biro Kesra yang mewakili Gubernur Sulawesi Selatan Sulsel) menyatakan siap bekerjasa dalam gerakan penguatan moderasi beragam di Sulsel. Ini bisa dikembangkan di lingkungan pemerintah provinsi Sulsel.

Pada malam harinya, Kepala Pusdiklat Tenaga Adminatrasi berkenan memberikan materi kebijakan pelatihan di lingkungan Kemenag RI. Dr. Syafii mengungkapkan bahwa kewenangan pelatihan pegawai berada di lembaga pelatihan pemerintah yang dalam hal ini Pusdiklat dan Balai Diklat di bawah Badan Litbang dan Diklat Kemenag.

Terkait dengan Moderasi Beragama, bahwa esensi agama adalah menurunkan manusia yang Saleh dan moderat. Saleh artinya taat beragama. Moderat adalah pilihan terbaik meski sulit. “Kita lebih gampang jika tidak moderat. Lebih mudah tidak moderat baik condong ke kanan mauoun ke kiri, tetapi akibatnya menjadi hilang batas-batas nilai agama” tuturnya.

Plt Direktur Diktis tersebut mengutip hadis Nabi Saw, “Apa yang datang dariku, maka ambillah semampumu. Sedangkan apa yang aku larang, maka jauhilah sekuat tenaga”, kutipnya. Menurutnya sebagai orang baik tidak boleh diam. Orang baik harus bergerak menampilkan diri untuk menciptakan harmoni kehidupan.

Karena itu dalam Rencana Pembangunan Nasional, Moderasi Beragam sebagai ikhtiar mewujudkan harmoni, menjadi program prioritas. Maka, Saya mengpresiaai upaya Rektor yang telah bekerjasama dalam kegiata ToT ini”, ujarnya. Hal ini sebagai langkah awal dalam upaya bersama-sama membangun harmoni kehidupan.

Dalam kesempatan itu, dilakukan penanda tanganan nota kerja sama antara Rektor UIN Alauddin Makassar dengan Pusdiklat Tenaga Administrasi. Penanda tanganan disaksikan seluruh wakil rektor dan para pimpinan yang juga menjadi peserta ToT.

Selama ToT peserta difasilitasi para narasumber inti dan instruktur Nasional. Narasumber inti seperti KH. Luqman Hakim Saifuddin (LHS), Menag di eranya yang juga penggagas MB, Ibu Alissa Wahid dan Prof. Zainul Hamdi. Dari Instruktur Nasional ada Saprillah, Gus Taufiq, dan  Sholehuddin, serta dibantu Qurrotul Aini.

Dengan menggunakan pendekatan andragogi dibumbui game dan humor, para peserta mengikuti sekuruh ramgkaian materi seperti Udar Asumsi, Sketsa Kehidupan Keberagamaan, Analisis Iceberg, Konsep MB, Nilai Universal dan MB dalam Perspektif Teologi Agama, Wawasan Kebangsaan, Jati Diri ASN, Ekosistem MB, Rethinking dan Redesaining (Analisis U Process), Gerakan Kepeloporan dan Kepemimpinan serta Micro training.

Para peserta sangat serius tetapi enjoy. Hal ini tidak lepas dari peran rektor yang juga mengikuti setiap tahap dan menyegarkan suasana. Ditambah ketua kelas H. Supardin yang ‘kocak’ tetapi sangat menjunjung kedisiplinan. Siapa pun yang terlambat dikenakan sanksi membuat peserta tidak bisa main-main. Para guru besar yang selama ini berkutat dengan dunia akademik yang ‘sakral’, selama lima hari bisa membaur, bergurau dan bernain dengan dosen-dosen muda.

Informasi dari berbagai sumber, para peserta sangat puas. Termasuk rektor juga memberikan apresiasi kepada para narasumber yang sangat kompeten, tidak saja penguasaan materi tapi juga penguasaan kelas. Kegiatan ditutup dengan refleksi dan RTL sekaligus diberikan penguatan oleh Staf Khusus Menag Nuruzzaman (Sh).

Baca Juga : MADRASAH EFEKTIF DAN BRAND KEUNGGULAN