UST. ZAINUDIN ATHAILLAH: SOSOK DI BELAKANG LAYAR YANG MENJUARAI PIDATO MODERASI BERAGAMA

Sholehuddin*
Jika beberapa waktu terakhir saya mengeluarkan Quotes atau kata-kata bijak sejatinya tidak lepas dari peran seseorang. Dia adalah Ustdz. Zainudin Athaillah. Dia seorang Penyuluh Agama Non PNS di Kabupaten Pacitan. Kok jauh. Ya, saya bertemu dengan ayah dua putra ini pada saat bertugas pada Pelatihan di Wilayah Kerja Penyuluh Non PNS di Bumi Kelahiran SBY itu.
Saat itu saya disalami dan ternyata beliau pernah bertemu dengan saya di pelatihan guru mata pelajaran di Balai Diklat Keagamaan Surabaya. Artinya, selain beliau seorang penyuluh juga seorang guru. Selain guru, dia ahli dalam mendesain quotes melalui sebuah aplikasi. Dengan suka rela Ust. Zainudin menawarkan diri membuatkan quotes.
Dia respek karena sering membaca quotes saya yang ala kadarnya. Bertujuan ‘tabarukan’ sambil belajar (bahasa pesantren), jadilah quotes sebagaimana terlihat di media sosial saya. Biasanya saya kirim draft melalui Whatsap, lalu didesain. Setelah jadi dikiim ke saya. Jika sudah oke, baru rilis. Uniknya, selama ini saya tidak pernah kirim foto. Foto diambil dari medsis saya, Instagram atau facebook.
Di beberapa tempat ada sebagian para penyuluh berprofesi ganda dan memiliki jabatan organisasi yang cukup strategis. Ada yang guru, pengasuh pesantren, kepala sekolah, bahkan ada yang pernah saya jumpai Rois Syuriah PCNU. Kualitas mereka juga tidak bisa dianggap enteng. Di Propinsi Riau, pernah saya jumpai pada saat mengisi bimtek moderasi beragama ada sorang penyuluh agama sekaligus guru di sekolah. Hebatnya ternyata dia Qoriah andalan Propinsi Riau di MTQ Nasional. Sempat saya ajak duet.

Baca Juga : URGENSI KESADARAN PENGABDIAN MASYARAKAT DALAM BIDANG PENDIDIKAN DI ERA DIGITAL
Profesi ganda bagi seorang penyuluh bukan berarti kurang profesional. Saya ini widyaiswara tapi jika di luar dinas dengan bahasa guyon, ‘sak payu-payune’. Fakta ini justru penting dalam konteks paradigma baru keprofesian apapun, termasuk penyuluh agama. Seorang penyuluh agama harus multi talenta. Ibarat perang, jika senjata satu tidak mempan gunakan senjata yang lain. Dan, itu banyak saya temukan pada penyuluh Non PNS. Ust Zainuddin ini sesuai namanya mungkin tafa’ul pada dai sejuta umat KH. Zainuddin, MZ, dia ahli pidato.
Penyuluh agama kan lumrah bisa pidato. Belum tentu. Maksud saya pidato dengan ilmu atau retorika tidak banyak dimiliki oleh seorang penyuluh agama. Maka, Ust. Zainudin Athaillah ini membuktikan, bahwa dia memiliki kemampuan retorika di atas rata-rata. Buktinya, pada lomba pidato Moderasi Beragama di Aula Kantor Kemenag Kab. Pacitan dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI dia meraih juara 1. “Alhamdulillah saya juara 1 untuk Putra” ucapnya kepafa saya. Dia juga tidak lupa berterima kasih kepada saya dan tentu kepada pihak lain yang ijutcandil tentunya.
Sebagai widyaiswara dan Instruktur Penguatan Moderasi Beragama yang juga sempat saya isi bimteknya beberapa waktu lalu, saya bersyukur dan bangga memiliki alumni. Tentu bukan karena faktor pelatihan yang isi ansih, tapi karena talenta dan bakat yang dimillikinya.
Sebagamainana dimaklumi, dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke- 77 dan HAB Kementerian Agama, Kankemenag Pacitan menggekar Lomba pidato bertemakan Modwrasi Beragama. Peserta adalah penyuluh agama diambil 2 orang per kecamatan se-Kabupaten Pacitan. Jumlah keseluruhan Peserta sebanyak 23 (12 Putra dan 11 Putri).
Lomba yang di gelar pada 16 Agustus tersebut melibatkan dewan juri Kholid Masruri (Pengawas MA), Sumino, (Pengawas PAIS), dan (Agus HP). Hadiah diserahkan oleh Kasi Bimas Islam Kankemenag Kab. Pacitan.
*Dr. H. Sholehuddin, M.Pd.I, pengelola YoKersane.

2 Respon
[…] Baca Juga : SOSOK DI BELAKANG LAYAR YANG MENJUARAI PIDATO MODERASI BERAGAMA […]
[…] Baca Juga : SOSOK DI BELAKANG LAYAR YANG MENJUARAI PIDATO MODERASI BERAGAMA […]