Ketika Guru Besar dan Para Rektor Mengikuti Penguatan Moderasi Beragama

Spread the love

Catatan PMB UIN Raden Intan Lampung

Sholehuddin*

Jika para dosen, guru, penyuluh dan pimpinan administratur serta tokoh agama mengikuti Pelatihan Penguatan Moderasi Beragama (PMB) itu biasa. Tapi jika para Guru Besar yang dikhususkan mengikuti kegiatan ini, baru luar biasa. Apa lagi disandingkan dengan para rektor melalui Master of Training (MoT). Itulah yang dilakukan Universitas Raden Intan Lampung bekerjasama dengan Pusdiklat Tenaga Administrasi Balitbang Diklat Kemenag RI dan FKUB Propinsi Lampung . Kedua model pelatihan PMB tersebut digelar bersamaan pada (4-9 dan 4-8/3/24) di Hotel Sheraton Lampung.

Sebelum pembukaan, saya bersama Instruktur Safrillah yang kebagian kelas ToT bagi guru besar mengawali overview pada siang. Malamnya Dalam sesi ini diisi perkenalan, harapan dan kekhawatiran, komitmen dan penjelasan alur pelatihan. Terpilih ketua kelas Prof. Bahruddin, orangnya wibawa tapi humoris. Dengan usia yang tidak muda lagi, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama propinsi Lampung ini hafal semua nama peserta, tentu termasuk empat peserta luar dari FKUB, perwakilan Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.

Dari sesi perkenalan ini, kesan saya para guru besar (gubes) ini sangat familiar, ‘nJawani’, ‘nyemanak’ dan humoris. Jauh dari kesan jaim dan kesakralan akademik. Para gubes bisa membaur dengan peserta lain yang lebih yunior. Bahkan terkadang ‘losdol’.

Tari kerukunan iringi pembukaan

Benar-benar surprise. Itu tampak pada saat pembukan. UIN Raden Intan Lampung bersama FKUB ingin memanjakan mata peserta dengan penampilan para penari besutan Wayan, Sekretaris FKUB Lampung yang juga peserta. Tarian menggambarkan kebhinekaan. Tarian khas daerah dengan baju adat ditampilkan secara terpadu, tidak ketinggalan barongsai.

Prof. Wan Jamaluddin, rektor UIN sekaligus peserta MoT menyampaikan ucapan selamat datang. Dibuka Stafsus M. Nurzaman mewakil Gus Menteri. Bib Zaman panggilan akrabnya mengurai alasan lahirnya program penguatan Moderasi Beragama. Menurutnya, salah satu alasan program ini digulirkan, berangkat dari keinginan sebagian kelompok yang ingin mengubah dasar negara. Hadir saat pembukaan Bu Alissa Wahid, instrukturnya instruktur PMB.

Antusiasme peserta

Udar asumsi memang pintu masuk materi yang harus dikuatkan diawal. Istilah-istilah baru seperti Peta Bukanlah Wilayah (The Map not The Therritory), Tangga Penyimpulan, Bias Kognitif, “N-U”, Tiga Suara Tiga Keterbukaan merupakan penentu untuk mengubah cara pandang. Materi ini saling terkait. Materi ini memberikan pesan bahwa setiap orang memiliki cara pandang masing-masing berdasarkan pengalamannya. Maka, jika ada perbedaan cara pandang tugas kita hanya menghormati, tanpa menyalahkan.

Pola pikir ini harus dimiliki setiap peserta. Sebagai hal baru, peserta semakin penasaran. Karena itu antusiasme para profesor ini sangat tampak, terlebih materi Sketsa Keberagamaan yang dipandu langsung oleh Bu Alissa, peserta dengan kemampuan analisisnya, sebagian menyatakan secara hipotetis, “Jika moderasi beragama yang dimaksud seperti ini, saya kira jauh dari yang kita bayangkan”. Artinya tidak ada yang dikhawatirkan, bahkan ini harus didukung penuh. Termasuk dari perwakilan FKUB yang sering berhadapan dengan masyarakat akar rumput.

Begitulah antusiasme peserta, hingga materi-materi seperti Scenario Thinking dan Analisis Gunung Es. Diperkuat Nilai Universal, Konsep dan Landasan Teologis, Bedah 9 Kata Kunci, dan internalisasi melalui Wawasan Kebangsaan Jati Diri Kemenag dan Sikap Diri ASN Kemenag, Strategi PMB, Ekosistem, Resolusi Konflik Bina Damai dan Gerakan Kepeloporan serya teknik fasilitasi dilalui tanpa kendala berarti.

Narasumber tokoh-tokoh penting

Selain Bu Alissa Wahid, ada beberapa tokoh penting yang hadir memberikan materi. Sebut saja KH. Ishomuddin, Mustasyar PWNU Lampung, Dr. (HC) KH. Lukman Hakim Saifuddin, penggagas program PMB, Chorul Anam, mantan Komisioner Komnas HAM. Hadir pula Prof. Suyitno Kabalitbang Diklat, Dr. Syafii Kapusdiklat Tenaga Administrasi Kemenag. Kang Suyoto Mantan Bupati Bojonegoro yang berpengalaman dalam kepemimpinan transformatif memberikam materi di kelas MoT.

Pada kesempatan itu, Kepala Balitbang Diklat Kemenag RI Prof. Suyitno mengapresiasi langkah UIN Lampung. Cak Yitno panggilan akrab beliau menegaskan, melibatkan Guru Besar sebagai langkah tepat. Forum ini menurut mantan Direktur Diktis itu sebagai upaya penyamaan persepsi. “Dari sisi konsep moderasi beragama, Guru Besar sudah selesai, untuk apa harus dilatih seperti ini?”, canda Wakil Ketua LPTNU itu. “Ini menunjukkan bahwa kami membutuhkan panjenengan untuk menyamakan pandangan dan masukan tentang Moderasi Beragama”, ujarnya.

Materi yang tidak kalah penting bagi calon fasilitator adalah micro training. Meski secara kompetensi pengetahuan sudah dikuasai, sebagai calon fasilitator harus mengikuti tahap micro training. Tahap ini dilalui sebagai prasyarat dalam ToT. Kegiatan ditutup Kabiro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Lampung Dr. H
Abd. Rahman, M.Pd didampingi Kapus MB Rizki dan Timker Jubaidah.

*Dr. H. Sholehuddin, Widyaiswara Bdk Sby dan Instruktur Nasional Penguatan Moderasi Beragama.

Mungkin Anda juga menyukai