Inas PMB Apresiasi Moderasi Beragama Berbasis Lingkungan di Jombang

Spread the love

Jombang, YoKersane.
ECOTON bersama HPAI (Himpunan Pegiat Adiwiyata Indonesia) Dewan Pengurus Wilayah Kabupaten Jombang memberi pelatihan dan penelitian konservasi sungai dengan tema ‘Student for River Conservation Interfaith” kepada pelajar lintas agama di Kabupaten Jombang. Kegiatan bertempat di Taman Kebon Ratu Kabupaten Jombang. Sabtu (11/5/2024)

Kepala Kementerian Agama Kabupaten Jombang Muhajir mengatakan dipilihnya lokasi salah satunya adalah taman ini dialiri Sungai Rejoagung IV. Pelajar yang mengikuti pelatihan dari berbagai jenjang Pendidikan. Mulai siswa sekolah menengah pertama (SMP/MTS) hingga Sekolah Menengah Atas (MA).

“Ini untuk menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan bangsa, serta mendukung pemerintah yang sedang giat mengusung program moderasi beragama. Karena sebagai khalifah di bumi wajib menjaga dan melestarikan bumi. Sesama sebagai warga negara terikat dengan ukhuwah fathoniah, yaki persahabatan antar sesama warga,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan RTH (Ruang Terbuka Hijau) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang Amin Kurniawan mengatakan, peran serta pelajar dalam pengelolaan sumberdaya air sangat penting. Karena alam mempunyai kemampuan untuk purifikasi yaitu bisa memulihkan dirinya sendiri. Meski mempunyai kemampuan tersebut, kalau limbah yang dibuang jumlahnya terlalu banyak, maka lingkungan tidak mampu untuk memulihkan dirinya.

“Artinya, alam juga mempunyai kapasitas. Kita sebagai pemuda dan pelajar wajib untuk melestarikan dan menjaga lingkungan sekitar. Tujuannya, agar tidak terlalu banyak sampah/limbah yang terbuang ke sungai,” terang Amin.

Di tempat yang sama, Amiruddin Muttaqin dari ECOTON menjelaskan, pemantauan kualitas air sungai dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Salah satunya dengan biotilik, mikroplastik dan kualitas air lainnya berbasis “citizen science”.

“Yaitu ilmu sains berbasis masyarakat. Tujuannya agar masyarakat dengan mudah menilai kualitas air di sekitarnya tanpa harus ke laboratorium. Kemudian siswa siswi lintas agama dari SMP-SMA melakukan uji kualitas air meliputi biomonitoring biotilik, identifikasi mikroplastik dan uji air parameter fisika dan kimia. Hasilnya, ditemukan mikroplastik bentuk fiber, filamen dan fragmen,” jelasnya.

Kegiatan ini ditutup dengan presentasi oleh tiap kelompok yang bertujuan untuk melatih publik speaking dan analisis peserta terutama untuk menilai kualitas air sungai.

Maftuhah Mustiqowati, Ketua Himpunan Pegiat Adiwiyata Indonesia (HPAI) Dewan Pengurus Kabupaten Jombang mengatakan, pelatihan ini dapat sekaligus menjadi wadah bersama lintas iman antar pelajar. “Meski tidak sampai melahirkan pakar, setidaknya pelatihan dapat memberikan sedikit keahlian bagi para pelajar untuk melakukan pemantauan kualitas air,” tandasnya.

Sementara itu, instruktur Nasional Moderasi Beragama Sholehuddin menilai, isu lingkungan bisa menjadi titik temu interen dan antar umat beragama. Manusia membutuhkan hidup maslahat melalui alam dan lingkungan. Jika lingkungan tercemar, secara tidak langsung mengganggu kenyamanan hidup manusia. “Inilah yang disebut nilai universal dalam perspektif Moderasi Beragama”, ujarnya. Bahwa semua manusia menerima nilai ini tanpa memandang agama, suku dan ras.

Selain itu, kegiatan ini sebagai bentuk presensing (hadir utuh sadar penuh) untuk menyamakan persepsi, menjadi prototype baru dan beraksi dalam bentuk perilaku positif. Secara teologis, ini bentuk pengamalan ayat tentang ta’aruf (saling mengenal) dan syuhada’ ‘ alannas (saling menjadi saksi) atas kebaikan masing-masing sebagai perwujudan umat yang moderat (umatan wasathan).
Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Surabaya itu berharap, kegiatan positif yang melibatkan anak-anak generasi “Z”, menjadi role model dalam ekosistem dan strategi penguatan moderasi beragama. Ini menjadi redesaining dan reframing atau trend baru secara positif jika ini menjadi budaya, apa lagi dihadiri berbagai stakeholder. “Saya sudah mengenal Ning Ika sudah lama. Sebagai aktifis lingkungan yang mengawinkan dengan kerukunan lintas agama, beliau pantas disebut ‘the real’ pelopor moderasi beragama”, pungkasnya.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan