AKU DAN PJJ KTI ANGKATAN 2

Spread the love

 

Peserta Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Catatan seorang peserta Pelatihan Jarak Jauh KTI Guru MTs BDIK Surabaya 

Mutti’ Sofiana*

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah salah satu metode pelatihan yang lazim digunakan sejak pandemi 2019. Hal yang baru bagiku. Selama ini aku biasa mengikuti Diklat atau pelatihan secara tatap muka dan stay beberapa hari di Balai Diklat Keagamaan Surabaya. Dan undangan kali ini membuat aku sedikit shock.

Tahun 2019 sebelum pandemi aku telah memenuhi panggilan pelatihan di Balai Diklat Surabaya. Saat itu bersamaan dengan terbitnya surat edaran yang berisi bahwa seorang peserta diklat,boleh mengikuti diklat dari BDK berikutnya setelah 3 tahun berlalu dari diklat sebelumnya. Rupanya itu yang dibaca oleh system,hingga terbitlah panggilan pembelajaran jarak jauh kali ini.

Diklat Karya Tulis Ilmiah adalah salah satu diklat yang cukup bergengsi namun juga ditakuti. Bagi orag yang awam tentang kepenulisan ilmiah seperti aku,ini seperti melihat momok yang mengerikan. Aku gagap teknologi. Untuk bikin akun saja harus di bantu adikku. Belum lagi untuk aploud tugas. Harus nunggu mereka punya waktu luang. Untung tugas berakhir jam 23.59 malam. Namun pernah tugasku terlambat dikumpulkan karena adik pas ada acar di luar rumah. Dan link pun di tutup. Aku cuma bisa berkaca-kaca.

Aku sebenarnya tetap berusaha belajar menggunakan IT, seperti zoom dan aplikasi sederhana lainnya. Namun untuk aplikasi yang lebih kompleks,rupanya aku kesulitan untuk menghafal alur masuk dalam aplikasi tersebut. Bukan hanya sekali aku mencoba lewat handphone, ataupun lewat laptop,namun hasilnya aku hanya berputar putar pada log in dan identitas saja. Hal ini membuat aku menjadi pusing dan selalu berakhir dengan menyerah.

Dalam perjalanan pembelajaran banyak ilmu keppenulisan yang aku dapatkan. Bagaimana membuat ice breaking dalam kondisi yang berjauhan hingga hanya bias saling menyapa secara virtual, belajar menemukan ide untuk menulis, belajar membuat pendahuluan yang benar bahkan sampai belajar tentang kepangkatan ,kuterima dalam pembelajarn kali ini. Betul-betul ilmu yang sangat bermanfaat ,dan buisa dibilang hal yang baru juga untukku. Meski ini bukan diklat kepenulisan yang pertama buatku. Hanya saja biasanya aku mengikuti diklat untuk menulis fiksi, namun kali ini menulis yang real dan fakta.

Proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Proses pembelajaran jarak jauh ini bukan tanpa halangan dan godaan. Meskipun diawal kita sudah mendapatkan surta tugas dan surat kontrak belajar, namun karena kita tetap berada di sekolah,maka tanggung jawab memberi tugas pada kelas yang ditinggalkan, menjadi salah satu agenda yang tidak bias ditinggalkan. Terkadang ditengah zoom berlangsung, ada siswa yang menghampiri di meja kerjaku untuk bertanya ayau mengumpulkan tugas. Tugas yang telah ku buat pagi-pagi sebelum kegiatan zoom dimulai,atau bahkan semalam sebelumnya. Kadang aku melihat teman grup juga minta izin untuk memberikan tugas dahulu ke kelas nya.

Saat proses pembelajaran zoom bukan hanya hal hal penting yang didapatkan, tapi juga hal hal lucu bisa terjadi. Suatu ketika saat mataku yang tiba-tiba terasa berat saat mendengarkan materi, dan perlahan masuk ke alam mimpi, tiba-tiba telingaku menangkap kosa kata yang salah ucap. Kata yang seharusnya “open mind” itu di ucapkan menjadi “oven mind”, sontak mataku langsung terbuka. Dan karena itu di ucapkan beberapa kali, akhirnya aku menjadi yakin, bahwa pemateri memang salah ucap. Dan otakku pun menjadi travelling ke oven kue. Apa jadinya bila otak dimasukkan ke dalam oven, kan jadinya otak-otak. Ah memang pikiranku selalu berputar di sekitar oven saja.

Suatu ketika kami dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan maple. Dan untuk mapelku kebetulan berjumlah 3 orang. Kami di satukan dalam ruang breakout zoom dan diminta untuk berdiskusi tentang materi penelitian yang kami ambil. Kami melaksanakan tugas sesuai instruksi yang diberikan,meski belum 100 persen kami paham dengan yang dimaksud oleh widyaiswara. Beberpa saat kami diskusi, kami merasa cukup, dan akhirnya mentok alur pembicaraan kami. Karena di rasa cukup kami pun sepakat untuk keluar dari ruang break out, lha dalah ternyata ruang break out di kunjungi widya iswara, akhirnya dipanggil panggil untuk masuk lagi.

Ada pula saat dimana kami sangat mengantuk dan lelah berjamaah. Mengikuti kegiatan zoom dengan keadaan setengah sadar bahkan hampir tersungkur karena nya. Saat itu kegiatan zoom dilaksanakan setelah dhuhur dan dengan materi ceramah full. Ada yang menulis di grup WA bahwa sedang terlempar keluar ruangan zoom karena factor sinyal buruk, padahal sedang menghampiri mas grab food untuyk mengambil pesanan makanan sebagai penghalau lapar dan kantuk. Beberapa lainnya izin ke kamar kecil. Dari kamar kecil tak lupa kembali ke meja kerja dengan membawa aneka makanan kecil dan juga kopi panas. Tak terkecuali aku yang telah menyiapkan satu box buah potong untuk cemilan.

Yang paling seru dan menegangkan adalah saat di mana tugas tugas kami dicek . Ada tugas yang sudah diunggah namun tanda selesai tidak diklik. Ada yang tanda selesai nya diklik semua, namun setelah dicek ternyata belum berisi apapun. Dan yang lebih mendebarkan adalah saat tugas kami terlambat mengumpulkan , namun link sudah ditutup. Benar-benar merasa hopless dan pasrah pada akhirnya. Namun bapak ibu widyaiswara pendamping memperkenankan kami yang terlambat untuyk mengunggah tugas tugas kami dengan membuka link nya kembali dengan perpanjangan waktu yang telah di tentukan.

Ada hal yang lucu tapi miris yang terjadi padaku. Ini tentang pre test dan post test. Di pre test aku hanya mendapatkan nilai yang cukup minim. Berharap di post test ada peningkatan nilai. Dengan kelegaan di hati karena diberikan 2 kali kesempatan mengerjakan post test, aklu pun tak menyia nyiakan kesempatan tersebut. Nilai post test pertama ada penambahan nilai, meskipun tidak signifikan. Aku pun bersemangat mengulangi post test. Berhayal ada lonjakan nilai, namun ternyata hasilnya sungguh membuat aku termangu dan sakit kepala. Nilai yang kudapat bahkan lebih buruk dari pretest. Duh Allah, aku pening,pusing dan perasaan yang entah bagaimana tak bisa aku ceritakan. Dan akupun harus legowo dengan nilaiku. Karena memang itulah kemampuanku.

Penutupan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Dan setelah 10 hari berjalan,dari tanggal 10 Juli 2022 hingga tanggal 30 Juli 2022, pembelajarn pun akhirnya ditutup oleh bapak Kepala Balai diklat keagamaan Surabaya. Dari total 400 paserta pembelajaran, 9 orang dinyatakan tidak lulus, karena mengikuti kegiatan secara pasif, bahkan nyaris tidak muncul dalam kelas, baik personalnya maupun tugas-tugasnya. Salah satu dari sembilan itu adalah teman seangkatan ku. Beliau hanya muncul dua atau tiga kali saja selama pembelajaran berlangsung. Itupun hanya terlihat nama dan nomor absennya. Bahkan personalnya pun belum pernah kami temui. Ibu panitia pendamping pembelajaran menyampaikan bahwa beliau tidak bias mengikuti pembelajaran dikarenakan faktor perangakat yang di butuhkan, tidak representative dan kurang memadai. Meskipun kelihatannya alasan tersebut dirasakn kurang tepat, karena seharusnya sekolah tempat beliau bertugas ada piranti yang di gunakan untuk ANBK, yang artinya ada perlengkapan yang bisa di pinjam untuk kegiatan selama pembelajaran berlangsung. Apalagi pembelajaran dilakukan selama jam kerja saja. Tidak pada malam hari. Kecuali untuk mengerjakan dan mengumpulkan tugas.

Pada akhirnya setiap pertemuan ada perpisahan, setiap ada pembukaan ada penutupan. Dan pembelajaran pun berakhirlah sudah. 10 hari yang luarbiasa bagiku. Berkejaran dengan waktu, agar tetap bias bertemu dengan siswa meskipun sebentar, dan tetap bisa mengikuti pembelajaran dengan tepat waktu. Alhamdulillah, ilmu bertambah, dan kawanpun tak ketinggalan bertamabah pula. Sungguh ini pengalaman pelatihan lewat zoom yang pertama dan luarbiasa.

Terimakasih kami sampaikan kepada Balai Diklat Keagamaan Surabaya, yang telah mengikutsertkan saya dalam agenda yang luarbiasa ini. Terimkasih kepada Bapak Wadi dan Bu Rere selaku pendamping PJJ KTI ANGKATAN 2, juga kepada bapak ibu widyaiswara, bapak Sholehuddin dan Bu Mariyatul Kibtiyah, yang telah dengan keilmuannya membimbing kami dalam bidang kepenulisan ilmiah ini. Semoga yang panjenengan semua berikan menjadi catatan amal jariyah yang tak akan pernah putus pahalanya hingga kelak. Jazakumullah Ahsanal Jaza. Semoga kita dipertemukan dalam rangkaian pembelajaran berikutnya dalam keadaan yang lebih baik. Salam .

* Mutti’ Sofiana, Pojok Blitar

Baca Juga : Bupati Ponorogo saat memberikan sambutan dalam acara launching

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan