KETUA BPP UNUSIDA: “PARA ULAMA KUAT HAFALAN DAN TULISAN”

Spread the love
Ketua BPP Unusida H. Arli Fauzi bersama Ketua PCNU Sidoarjo H. Zainal Abidin saat memberikan sambutan seminar LPTNU Sidoarjo di Unusida (26/7).
Ketua BPP Unusida H. Arli Fauzi bersama Ketua PCNU Sidoarjo H. Zainal Abidin saat memberikan sambutan seminar LPTNU Sidoarjo di Unusida (26/7).

Demikian disampaikan Ketua Badan Pelaksana Penyelenggara Universitas Nahdlatul Ulama (BPP UNUSIDA) di sela sela memberikan sambutan pada Seminar Strategi Penulisan dan Publikasi Jurnal Internasional Bereputasi yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Sidoarjo, Selasa (26/7) di Aula Lt. 5 Kampus Unusida.
Menurut Wakil Ketua PCNU Sidoarjo tersebut, bahwa dalam dunia Islam, tradisi menulis sudah ada sejak tahun 150 H yang silam. Para ulama Islam sangat rajin menulis.

Saat itu menurutnya sudah memiliki standar yang ketat. Dalam percaturan politik Islam eksisensinya tidak tergoyahkan. Dan, saat itu para penulis mampu mempertanggungjawabkan keilmuannya.

Para periwayat (rawi) memiliki ‘dlabit shadran’, kuat hafalan dan ‘dlabit kitaban’, kuat dalam hal penulisan. Seorang rawi punya daya penulusan yang rajin dan kuat sistematika.

Abu Hurairah misalnya, usia 30 tahun baru bertemu Nabi Saw yang saat itu sudah beliau berusia 60 tahun. Artinya, Abu Hurairah bertemu Nabi hanya 3 tahun. Tetapi meskioun demikian Sahabat yang paling banyak hafal hadis adalah Abu Huroirah. Selama di Madinah tidak pernah ketinggalan bersama Nabi.

Apa rahasianya para ulama kuat hafalan, pertama ada cerita, karena Abu Hurairah seorang pelupa, beliau menemui Nabi secara pribadi. Oleh Nabi diperintahkan berdoa, “Allahumma inna nas’aluka ‘ilaman la yunsa”.

Kedua, Nabi Bersabda. Pada manusia itu ada dua ruang. Satu ruang ditempati Malaikat, satu ruang yang kedua ditempati syaitan. Ketka berdzikir, malaikat yang mengisi. Maka, pikiran itu sejatinya netral. Sumber dari ruang yang ditempati malaikat itu Allah . Dengan demikian banyak ide ilahiyah. Ini juga berorientasi jangka panjang.

Sebaliknya jika hati dikuasai syaitan. Maka dikuasai nafsu. Karena dikuasai nafsu, maka keluarnya negatif.

Ketiga. Abu Hanifah testimnoni, setiap saya mengabarkan satu ayat, ada tujuh pancaran ilmu. Tetapi ketika makanan yang dikonsumsi tidak halal maka tidak ada satupun pancaran ilmu yang keluar.

Sementara itu, Ketua PCNU Sidoarjo KH. Zainal Abidin menyatakan Sidoarjo 200 tahun yang silam pernah menjadi pusat pendidikan. Kemudian mengalami kejumudan. Maka melalui Unusida bersama LPNU Sidoarjo bangkit mengembalikan citra pendidikan. “Saya berharap kebangkitan pendidikan khususnya Nahdlatul Ulama diawali dari Sidoarjo” pungkasnya.

Baca Juga : Pascasarjana INAIFAS Kencong Jember.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan