Biarkan Si Abang dan Si Ning Saling Bermaafan

Spread the love

Sholehuddin*
Dalam sebuah keluarga sudah biasa ada riak-riak kecil. Kadang tidak sapaan, kadang baikan. Tapi bagaimanapun keduanya saling mengasihi. Termasuk dua orang bersaudara ini, sebut saja si Ning dan Abangnya.

Satu ketika Si Ning keceplosan di depan tetangga dan pelanggan usahanya. Dia ‘ngrasani’ atau mungkin curhat tentang si Abangnya. Eh, ternyata si Abang dengar. Untung si Abang yang seorang seniman, sudah banyak makan asam garam tidak terlalu reaktif. Dia hanya membalas dengan sebuah lagu dan nasihat, “Janganlah kau sibuk mencari kelemahan orang”, katanya. Si Ning pun merenung isi lagu dan nasihat, tapi belum sempat merespon. Mungkin mencari momen yang pas. Keduanya sama-sama dalam perenungan di tengah rasa ‘gak enakan’.

Di saat perenungannya, muncul para ‘pengipas’ dan ‘pendingin’. Para pengipas mensupport si Abang dan membully si Ning yang punya ‘usaha’ dengan pelanggan anak-anak muda dan orang tua. Menurutnya dia tidak beradab dan tukang ghibah. Tidak dinyana, para kolega dan anak buah si Ning juga tidak terima. Dengan alasan, si Ning gak salah. Dia cuma berbicara fakta. Akhirnya sekarang yang ‘berantem’ bukan si Ning dan si Abang, tapi antar pelanggannya.

Para pendingin yang lebih bijak ikut melerai supaya seteru si Ning dan Abang segera berhenti. Sebagai tetangga jauh dan pelanggan hasil produknya tentu saya berharap si Ning dan si Abang di momen lebaran saling ‘berkunjung’ dan bermaaf-maafan. Melepaskan ego masing-masing. Dan bagi para ‘tetangga dan pelanggan’ tidak manas-manasi, tapi ikut mendinginkan keduanya.

Meski saya tidak kenal, hanya bisa memberikan tips supaya keduanya berdamai dan saling memaafkan. Ada teori Tiga Keterbukaan (Three Open) untuk meredakan ketegangan. Pertama, membuka pikiran (open mind). Setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan. Ketika membicarakan seseorang sebaiknya kelebihan yang dikedepankan, bukan kekurangannya.

Namanya juga lidah tak bertulang, si Ning ‘keplicuk’. Dan saya yakin Si Ning tidak bermaksud memperolok Abangnya, apa lagi membuka aibnya. Dia hanya prihatin pada si Abang, dan menjadikan sebagai pelajaran untuk pelanggan dan koleganya. Karena itu penting membuka pikiran agar lebih bijak. Maka, lagu penyanyi senior mengingatkan agar terus “Berkelana”, meski mungkin sudah dilakukannya tapi harus lebih banyak dan sering-sering, agar semakin matang dalam usaha yang baru dirintisnya.

Lagu yang diviralkan oleh penembang salawat asal Surabaya, kalau tidak salah namanya Mbak Umi Laila, mungkin bisa jadi pengingat si Ning, bahwa ciri anak sholeh itu salah satunya ucapannya selalu baik dan halus (dihin lisane, alus ngendikane). Artinya tidak menyinggung perasaan orang lain.

Kedua, membuka hati (open heart). Bagaimanapun keduanya masih ‘saudara’. Maka jika si Ning membicarakan Abang, sejatinya karena sayangnya pada si Abang. Si Abang juga perlu interospeksi, bahwa apa yang dialami sebagai ujian dan bahan evaluasi. Tidak ada manusia sempurna. Begitu pula si Ning, jika ada sesuatu tentang si Abang, jangan ‘diudal’ di depan tetangga atau pelanggannya. Lebih baik sampaikan secara langsung sambil ngopi bareng biar tidak menjadi bahan gunjingan tetangga kanan-kiri yang berlatar beda. Maka, kuncinya harus membuka hati masing-masing. Kata pepatah Jawa “Tego lorone, gak tego patine”.

Saya yakin Si Abang juga berbesar hati mau memaafkan. Apalagi Abang tahu, Si Ning masih muda. Persis lagunya Pak Haji, seingat saya namanya Rhoma Irama. ‘Darah Muda’ itu menurut Pak Haji biasanya inginnya menang sendiri, jadi harus dimaklumi tapi tetap diarahkan.Tidak salah juga jika yang tua ‘mengalah’.

Ketiga, membuka tekad (open will). Si Ning dan Abang, adalah orang-orang baik. Jangan merasa rendah diri untuk memulai minta maaf. Tapi yang utama (afdal), Si Ning yang minta maaf karena yang memulai. Selain itu dia yang lebih muda, tentu sudah tahu, harus memulyakan orang tua seperti lagu Alamate Anak Sholeh yang sempat viral. Ning dan Abang, harus terus berkarya memberikan sentuhan positif dengan cara masing-masing. Keduanya harus bertekad mengedukasi umat, dan tidak sampai terpengaruh sana sini. Ambil pesan yang positif saja.

Ini jauh dari persaingan yang biasanya ada rasa takut (fear). Keduanya bukan masuk wilayah persaingan usaha. Ini juga bukan karena kebencian (cyncism) antara keduanya, apa lagi saling menghakimi (judgment) seperti dalam teori tiga suara (Three Voices), karena keduanya mempunyai pasar masing-masing dengan usaha sendiri-sendiri. Ini hanya hanya karena keseleo lidah saja.

Kedua ‘saudara’ ini orang-orang hebat. Si Ning cukup potensial meneruskan usaha si Abang yang sudah mapan. Sebagai orang ternama yang mempunyai pelanggan banyak, sudah sepatutnya di momen lebaran, keduanya saling memaafkan. Peristiwa ini pasti ada hikmahnya. Para pelanggan juga diharap menahan diri. Biarkan keduanya happy ending, saling bermaafan. Saya juga selaku ‘pelanggan’ atau, bahkan ‘penikmat produk’ usaha keduanya juga ingin mengucapkan, “Selamat Idul Fitri 1445 H. Mohon maaf lahir dan batin”.

  • Dr. H. Sholehuddin, M.Pd.I, ‘pelanggan dan penikmat hasil usaha kedua saudara, pemilik YoKersane dan Ketua PC ISNU Sidoarjo.*

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan