‘JAGONGAN’ INSPIRATIF

Spread the love

Mengenang sosok Alm. Pak Mudin Mianto

Seperti biasa setelah ngaji, termasuk kuliah subuh Ramadan di Masjid Al Hidayah Ngagel Rejo Surabaya pada Ahad subuh (3/4/22) saya manfaatkan jagongan bersama takmir dan jamaah. Dari momen seperti ini justru terkadang ditemukan pelajaran hidup yang penuh makna ketimbang isi kuliah subuhnya. Dan, yang pasti bagi saya menjadi hiburan tersendiri setelah ‘terjebak’ dari rutinitas yang menguras pikiran dan tenaga.

Dalam obrolan tadi saya bersama jama’ah mengenang dan banyak belajar dari sosok almarhum Pak Mudin Mianto yang wafat beberapa minggu lalu. Ketika saya bertugas khutbah tiga jumat sebelum puasa, saya bertemu dan sempat ngobrol bersama almarhum seputar jadwal tarawih di masjid ini. Sudah hampir 20 tahun saya dijadwal khotib dan ihya’ Ramadan di masjid yang berdiri di lahan surat ijo pemkot tersebut.

Bersama Takmir dan Jama’ah Masjid Al Hidayah Ngagel Rejo setelah Kuliah Subuh, Ahad (3/4/22).

Pak Mudin yang baru berusia 43 tahunan ini pernah jadi ketua takmir. Dan hebatnya meski mantan ketua, beliau masih membantu urusan jadwal tarawih. Artinya, jabatan ketua atau apalah itu seperti beliau hanyalah giliran, bukan jenjang karir. Banyak ditemukan di berbagai daerah, jika sudah tidak menjabat, apa lagi yang jadi bukan kadernya, mantan ketua sudah tidak mau membantu, bahkan ada yang alergi masuk masjid.

Kala itu sambil nunggu adzan jumat, saya didatangi almarhum dan berjabat tangan disertai senyuman khasnya. Karena lama tidak bertemu lantaran pandemi covid, saya tanya, “Gimana pak mudin, banyak garapan gih selama pandemi”. “Inggih tadz, saya ditunjuk pemkot sebagai salah satu mudin cabutan di makam Keputih”, jawab beliau. “Alhamdulillah, sing penting sehat pak mudin”, timpal saya.

Saya tanya juga kabar saat itu, beliau menyampaikan informasi terkait renovasi masjid. Memang masjid banyak perubahan, termasuk pembamgunan yang saat ini berjalan. Saat itu beliau terlihat masih pakaian santai dan tampak letih. Saya juga tanya jadwal. Lantas beliau kirim Whatsapp jadwal tarawih ke saya.

Almarhum P. Mudin Mianto dan Chatting terakhir beliau dengan saya.

Tibalah adzan berkumandang. Beliau juga sudah kembali dan duduk persis di depan mimbar. Tidak lama saya berdiri khutbah, pak mudin terjatuh dan dibantu jama’ah di sampingnya. Ternyata beliau sudah tidak kuat. Lalu dibopong keluar oleh jama’ah dan dibawa ke rumah sebelum dibawa ke rumah sakit. Seminggu sesudahnya, saya posisi perjalanan dari luar kota dapat kabar beliau dipanggil oleh Sang Khaliq.

Selama hidup, yang saya tahu beliau istiqamah dalam berjuang. Berawal dari guru ngaji atau TPQ di masjid, hingga dipercaya sebagai ketua takmir. Karena kesabaran dan keuletannya, serta bekal ilmu yang dimiliki, almarhum diusulkan warga dan ditunjuk sebagai mudin di kawasan Ngagel Rejo.

Ketua Takmir Pak H. Budi bercerita, jelang Ramadan beliau usulkan ada Tahlil Kubro. Beliau pun melaksanakan wasiat itu. Bahkan sempat bilang ke Pak Budi tentang awal Ramadan, “Pun Ba, jenengan damel patokan tanggal 3 mawon, pun lintune” ujar almarhum. Aba Budi pun mengiyakan.

Setelah ditinggal almarhum, perjuangan tidak boleh berhenti, bahkan harus lebih keras lagi. Kini beliau menikmati ‘hidangan yang disuguhkan’ Sang Penguasa hidup dan mati di alam kubur bersama pendahulunya seperti H. Khalimi, H. Abu dan lainnya atas investasi kebaikan dan perjuangannya, insyaAllah beliau ahli surga. Lahul Fatihah…

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan