MEDIA ITU BERNAMA “POLISI”

Spread the love

D:\ \foto kemeja putih.jpg

Oleh: Mukhlis Imam Bashori

Guru memiliki segudang tugas yang amat kompleks di lingkungan tepat ia mengajar untuk mencerdaskan dan membentuk karakter mulia para siswanya. Salah satu tugas cukup berat bagi guru atau pendidik adalah membiasakan siswa untuk gemar berliterasi membaca dan menulis. Literasi baca-tulis merupakan kegiatan yang perlu pembiasaan agar para siswa bisa secara terus menerus atau berkala menyukainya. Dari dua kegiatan tersebut siswa dapat mengembangkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas. Mata pelajaran apapun pasti mengarahkan siswa untuk selalu berinteraksi dengan kegiatan baca-tulis, terlebih mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang menuntut siswa mampu menguasai beberapa keterampilan dalam berbahasa, di antaranya keterampilan membaca dan menulis dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu melakukan pembiasaan kepada siswa agar mau dan mampu untuk menyukai dua kegiatan tersebut.

Tentunya hal tersebut tidaklah mudah. Guru perlu memutar otak untuk membuat siswa menyukai kegiatan baca-tulis dengan berbagai pendekata,strategi, metode maupun media tertentu. Memang ada beberapa siswa yang sedari dini telah terbiasa dengan kegiatan baca-tulis, tetapi ada pula sebagian besar siswayang jarang berinteraksi dengan kegiatan baca-tulis secara intens. Guru perlu mengatur strategi, metode, serta bila perlu menggunakan atau mengimplementasikan media tertentu yang bagus dan menarik untuk merangsang siswa agar gemar atau menyukai kegiatan literasi baca-tulis. Agar tidak mengalami kejumudan dalam kegiatan literasi baca tulis, perlu adanya sebuah media yang menarik yang perlu disiapkan oleh guru. Media tersebut kalau bisa yang mudah diakses oleh siswa di dalam kelas. Berangkat dari kegelisahan akan masalah literasi baca-tulis siswa yang masih cenderung rendah tersebut, saya mempunyai sebuah gagasan untuk membuat media agar siswa antusias dan menyukai kegiatan literasi baca tulis. Media tersebut saya beri nama “POLISI” atau Pojok Literasi Siswa.

Saya Sebut Media itu “POLISI”

Description: E:\POLISI\1.jpg

Baca Juga : Belajar Teks Descriptif di Kelas X

Munculnya ide atau gagasan untuk membuat media Pojok Literasi Siswa (POLISI) ini berawal dari kegelisahan saya sebagai guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia yang melihat banyak siswa yang saya ampu belum memiliki kebiasaan yang baik atau konsistensi dalam kegiatan membaca dan menulis, khususnya membaca buku-buku sastra dan menulis karya sastra. Dari anasir tersebut, saya mencoba berpikir untuk membuat sebuah media yang mudah atau gampang diakses oleh siswa di dalam kelas sehingga mereka tidak perlu membeli atau meminjam buku karya sastra di perpustakaan untuk bisa mereka nikmati atau baca. Akhirnya saya merancang untuk membuat sebuah pojok baca di dalam kelas. Di pojok baca itu itu, akan saya sediakan buku-buku karya sastra yang dapat dinikmati oleh siswa secara gratis dengan sistem pinjam bergilir. Kebetulan saya memiliki cukup banyak buku karya sastra yang sudah saya koleksi sejak saya duduk di bangku perkuliahan dulu. Buku-buku saya tersebut saya taruh di pojok baca itu agar dapat dibaca oleh siswa.

Selain itu, agar terlihat estetis, saya juga membuatkan rak buku yang dipasang ditembok di pojok kelas untuk menata buku-buku karya sastra. Saya hias sedemikian rupa rak buku di pojok kelas tersebut dengan lampu thumbler yang dapat menyala secara bergantian saat malam hari untuk menambah suasana hangat yang membuat kondusif kegiatan membaca para siswadi kelas, terlebih saat malam hari (karena kelas tersebt juga dipakai pada malam hari untuk kegiatan diniyah malam siswa). Saya sediakan juga beberapa kursi yang unik dan estetis untuk menambah daya tarik bagi siswa yang sewaktu-waktu ingin membacadi pojok kelas tesebut secara santai. Dari situlah, siswa menjadi antusias untuk melaksanakan literasi membaca berbagai buku karya sastra.

Kegiatan membaca dan menulis yang dilakukan oleh siswa tersebut saya pantau secara rutin hampir setiap hari. Untuk memudahkan pemantauan, saya membuat “KARTU BATU” atau Kartu Baca Tulis untuk merekam jejak literasi baca-tulis siswa setiap hari tersebut. Setiap siswa akan mendapatkan sejumlah KARTU BATU untuk mendokumentasikan kegiatan baca tulis mereka. Misalnya siswa A telah membaca sebuah buku karya sastra antologi cerpen tertentu, maka ia wajib untuk mengisi KARTU BATU tersebut dengan sejumlah komponen yang telah saya tentukan, seperti judul buku, nama pengarang, dan intisari dari buku yang telah ia baca. Begitu seterusnya pada siswa-siswayang lainnya. Buku-buku yang saya sediakan tesebut bebas mereka bawa dan mereka baca selama kurang lebih satu bulan. Dengan media tersebut, sungguh antusiasme siswa dalam hal membaca dan menulis mengkat pesat. Siswa yang awalnya enggan atau tidak pernah membaca buku (di luar buku pelajaran tentunya) menjadi gemar membaca. Bahkan, ada beberapa siswa yang dalam satu bulan sebelum kegiatan itu saya laksanaan tidak pernah membaca buku, akhirnya mampu membaca lebih dari 3 buku dalam satu bulan setelah kegiatan yang saya rancang tersebut.

Dari Hal itu, saya menjadi yakin bahwa kegiatan literasi baca tulis siswa dapat ditingkatkan secara terus menerus menggunakan berbagai strategi, metode, dan media yang bagus dan menarik bagi siswa. Guru sangat perlu melakukan pembiasan secara istiqomah kepada para siswa dan perlu ketegasan untuk melaksanakan pembiasaan tersebut. Dari kegiatan rutin literasi baca-tulis yang saya implementasikan kepada siswa, saya merasa puas dengan penggunaan media POLISI, KARTU BATU, dan beberapa strategi/metode penunjang untuk meningkatkan antusisme baca-tulis siswa. Keseriusan guru dan siswa dalam menyikapi kegiatan literasi baca tulis akan sangat berpengaruh pada hasil yang akan diperoleh nantinya. Oleh karena itu, saya melanjutkan kegiatan tersebut atau membuat rencana tindak lanjut dengan merancang sebuah “gong acara” agar siswa merasa semakin tertarik dengan kegiatan literasi baca tulis, yaitu dengan sebuah kegiatan bernama LITERASI AWARD.

GONG ACARA “LITERASI AWARD”

Description: E:\FOTO LITERASI AWARD 1\2.jpg

Saya sebagai guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah mengimplementasikan sebuah kegiatan dengan media tertentu pada sebuah kelas tertentu merasa semakin tertantang untuk menguji kualitas hasil kegiatan literasi baca-tulis siswa yang telah dilaksanakan dalam jangka waktu kurang lebih satu bulan itu. Berangkat dari hal itu, saya ingin mengadakan sebuah perlombaan menulis sebuah karya sastra untuk para siswa. Saya sampaikan kepada para siswa bahwa saya akan melaksanakan lomba menulis cerita pendek (cerpen). Lomba itu hanya saya khususkan pada siswa satu kelas saja. Para siswa merasa amat tertarik mendengar hal tersebut. Akhirnya saya buat sebuah poster untuk perlombaan tersebut, lalu saya tempelkan postertersebut di samping rak buku Pojok Literasi Siswa (POLISI). Di dalam poster tersebut saya muat beragam informasi berkenaan dengan lomba cipta cerpen yang saya adakan, mulai dari tema, kriteria penulisan, kriteria penilaian, waktu perlombaan, serta penjurian. Akhirnya, pada hari H pelaksanaan lomba cipta cerpen, saya sediakan waktu kurang lebih 2 sampai dengan 3 jam untuk siswa menuangkan gagasan dan imajinasinya dalam bentuk cerita pendek yang bagus dan menarik.

Terkumpullah 21 cerita pendek yang telah siswa buatdengan berbagai karakter dan gaya penceritaan yang menurut saya amat menarik. Cerpen-cerpen tersebut saya baca dengan saksama untuk saya nilai berdasarkan kriteria penilaian yang telah saya tentukan dan beritahukan kepada para siswa sebelumnya.saya merasa amat senang dan puas dengan sebagian besar cerpen yang dibuat oleh para siswa karena cerpen-cerpen tersebut saya anggap memiliki kualitas yang bagus untuk cerpen yang dibuat anak jenjang SMA/MA. Beberapa cerpentersebut terlihat sangat orisinal dalam hal pemilihan tema, pembentukan gaya bahasa dan penceritaan. Di samping itu, cerpen-cerpen yang saya anggap bagus tersebut juga memiliki aluratau plot penceritaan yang menarik dan tidak terduga. Hal tersebut membuat saya semakin senang dan yakin bahwa kemampuan literasi menulis para siswa ternyata sangat bagus.

Akhirnya saya menentukan pemenang yang akan saya umumkan pada kegiatan LITERASI AWARD. Pemenang lomba cipta cerpen akan mendapatkan reward sebagai bentuk peghargaan karena telah berhasil membuat sebuah karya sastra dengan sangat bagus dan fantastis. Selain itu, saya juga memberikan reward atau hadiah kepada para siswa yang telah melaksanakan kegiatan literasi baca dengan jumlah buku terbanyak yang mereka baca. Saya berharap dari hal tersebut siswa akan terus konsisten dalam melaksanakan kegiatan literasi baca-tulis ke depannya. Saya berharap siswa akan mencintai kegiatan membaca dan menulis. Jika sudah demikian, secara tidak sadar mereka akan terstimulus untuk melakukan hal tesebut setiap hari. Saya merasa dengan adanya media, strategi, dan metode tertentu, literasi baca-tulis siswa bisa ditingkatkan secara perlahan. Saya optimis dengan hal itu.

(Mukhlis Imam Bashori, Guru Bahasa Indonesia, Madrasah Aliyah Negeri 4 Jombang)

Baca Juga : GURU SEBAGAI USWAH HASANAH

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan