NGAJI LAKU: GURUNDA DAN CARA MENGAJARIKU

Spread the love


Hari Sabtu (12/3) pagi bakda Subuh, saya meluncur ke Tambak Bening Surabaya. Tujuannya talabul ilmi, ngaji laku. Sudah agak lama absen karena bersamaan tugas luar kota. Maka kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk ‘ngangsu kaweruh’ kepada Gurunda Romo Lutfi Muhammad Bin Zain Ali Basyah. Bahasa beliau saat menyapa saya, ‘kulakan’. Termasuk minta nama web pribadi atau blog saya. Secara spontan beliau memberi nama ‘YoKersane’.

OmdaGuru Ludfie BaSyah


Materi yang dikaji Buku karya beliau “Zain Addin’, kumpulan hadis sahih dengan sarah beliau sendiri. Meski ngaji hadis, beliau selalu kupas secara kontekstual sesuai isu saat ini. Misalnya konflik Rusia dan Ukraina, tidak lepas dari bumbu yang disajikan beliau, dan ini yang membuat saya makin tertarik berguru kepada beliau.


Yang tidak kalah menarik babak perpanjangan. Dengan beberapa jamaah dan santri ‘khusus’, beliau bicara masalah pengembangan pesantren. Salah satunya, mengapa sekarang ada program penyetaraan.


Ma’had Teebee yang beliau rintis memang unik. Beliau membangun pesantren tanpa proposal. Meski banyak pejabat meguru pada beliau, tapi tidak pernah bahkan menolak bantuan materi untuk pesantren. Padahal, santri mukim free. Santri mukim tidak terlalu banyak. Mereka mendapat tugas masing masing. Ada yang jaga ‘zain mart’, perbukuan, majalah, perairan, hingga nata sandal.


Mereka benar-benar belajar laku, bukan sekadar teori. Yang tidak kalah unik, santri bisa lulus jika telah menghasilkan karya buku. Mungkin satu-satunya pesantren yang punya model begini. Dan, memang tidak lepas dari talenta beliau sebagai penulis produktif. Ratusan judul buku sudah terbit. Puluhan bahkan ratusan istilah yang sudah beliau patenkan. Yang fenomenal adalah Ecolistic Way.


Cara mengajar beliau juga sesuai kondisi dan kapasitas muridnya. Saya tadi pagi dapat tugas memberikan penguatan Proses Produksi Halal ,(PPH) untuk produk ukm jamaah yang dipasarkan lewat toko Gopo.com. milik pesantren. Ini merupakan latihan bagi saya selaku trainer Pendamping PPH menghadapi pelaku usaha yang tentu lebih detail, ketimbang pendamping yang akan saya latih dalam waktu dekat.


Sebelumnya saya diminta testimoni hasil pelatihan moderasi beragama. Kadang juga mendapat tugas bedah buku. Inilah cara beliau mengajarkan saya. Maka jika sekarang didengungkan merdeka belajar atau kurikulum prototipe dan segala macamnya, sejatinya di Ma’had Teebee sudah menerapkan.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan