Titik Temu: Ketika Pejabat Administrator Lintas Agama Berlatih Penggerak PMB

Spread the love
Ketika Pejabat Administrator Lintas Agama dalam pelatihan PMB

Sholehuddin*

Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama (PMB) bagi Pejabat Administrator yang digelar Pusdiklat Tenaga Administrasi Kemenag RI di Ciputat beberapa waktu lalu menyisakan cerita. Cerita kebersamaan dalam keberagaman tentunya. Tiga puluh orang pejabat eselon 3 di lingkungan Kemenag, mulai dari Kepala Bidang Kanwil, Pembimas, hingga Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Kota se-Indonesia dilatih selama lima hari. Mereka berlatar budaya, hingga agama berbeda. Selama pelatihan para peserta bisa membaur dalam diskusi kelompok di kelas maupun di luar kelas saat makan bersama hingga ngopi bareng menikmati makanan khas Aceh di seberang kampus.

Menalar Keberagamaan

Materi Udar Asumsi bangun perspektif, Peta bukanlah wilayah sebagai pintu masuk membongkar pola pikir membangun perspektif. Peta berbeda dengan wilayah. Peta adalah gamvaran asumsi, sedangkan wilayah adalah realita. Asumsi sering berbeda dengan kenyataan. Membangun kesadaran akan pentingya merefleksi setiap kejadian berdasar pelajaran dan pengalaman, bukan berdasar asumsi apa lagi buruk sangka. Dari sini mereka lebih mengenal satu sama lainnya. Saling mengenal ini harus didukung dengan menghilangkan sikap egosentris yang bisa merusak atau membiaskan pengetahuan (bias cognitif).

Sketsa kehidupan keberagamaan, memberikan gambaran kondisi kehidupan masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, tetapi hal itu terpusat di pulau Jawa. Tiga kelompok masyarakat yang akan memguasai penduduk Imdonesia yakni masyarakat urban, menengah, dan milenial mengantarkan pada fenomena generasi muslim baru (dan tentu di agama lain juga ada) menjadi tantangan tersendiri. Kedekatan mereka pada teknologi dan religius menjadi daya tarik sekaligus menarik perhatian genersi muda untuk bergabung atau menjadi simpatisan. Yang dikhawatirkan adalah sikap eksklusifisme dan intoleransi di kalangan masyarakat terutama generasi muda. Munculnya permukiman khusus agama adalah salah satunya.

Di sisi lain bangsa Indonesia memiliki modal sosial sikap toleran antar umat dan intern agama. Banyak ditemukan bangunan tempat ibadah berdampingan. Melalui studi kasus ini peserta diajak scenario thinking melalui dua skenario berpikir, apa yang akan terjadi jika dua kondisi ini berlangsung dan kemungkinan berbelok arah dengan segala penyebabnya. Artinya, sebagai bangsa tidak boleh lengah, harus waspada atas segala hal terburuk dengam bersikap prefentif. Saat ini Indonesia masih aman dan damai. Tapi tidak ada jaminan masih utuh jika masyarakat terbelah dan munculnya disintegrasi bangsa.

Untuk memperkuat logika berpikir, para peserta diajak menganalisis kondisi sosial dengan teori Gunung Es (ice berg). Apa yang terjadi (event) dipermukaan ditopang tiga lapisan. Mulai fenomena yang berkembang di masyarakat (trend), sistem struktur, dan mental model. Selain itu, ada hal yang bisa memengaruhi mental model yaitu sistem otak.

Nilai-nilai Universal dan Landasan teologis MB

Nilai-nilai universal moderasi beragama menjadi sumber untuk memperkuat argumentasi MB. Bahwa MB berangkat dari nilai-nilai universal yang setiap agama mengajarkan. Misalnya, kemanusiaan, toleransi, kasih sayang dan kemaslahatan semua agama mengajarkan hal yang sama. Bisa dikatakan ini sebagai dalil naqli MB. Jika yang bertolak belakang atas hal tersebut itu lebih pada penafsiran yang salah atas konsep beragama. Di disilah perlunya diluruskan dengan dalil yang kuat oleh para ahli.

Dalam konsep “titik temu” atau “kalimatun sawa” yang banyak dibahas para cendekiawan lintas agama bisa digunakan untuk mempertemukan atau mendialogkan antar umat beragama. Di tengah perbedaan, pasti ada kesamaan, maka tugas kita mengedepankan kesamaan, jauhkan perbedaan. Dari sekian perbedaan mengerucut pada satu ajaran cinta kasih yakni, cinta tuhan dan cinta sesama.

Konsep Moderasi Beragama

Nilai-nilai universal menjadi pintu masuk konsep moderasi beragama. Dalam buku peta jalan Moderasi Beragama Kemenag RI, disebutkan bahwa moderasi beragama adalah “Cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama
dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama – yang melindungi
martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum – berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa”.

Setelah dipahami konsep MB, ada 9 Kata Kunci yang di dalamnya memuat 4 indikator yaitu kemanusiaan, kemaslahatan umat, adil, berimbang, taat konstitusi, komitmen kebangsaan, tolerasnsi, anti kekerasan, dan penghormatan kepada tradisi. Sembilan kata kunci MB ini merupakan versi Kemenag.

Wawasan Kebangsaan dan Sikap Diri ASN Kemenag

Pada wawasan kebangsaan, memperkuat posisi Kemenag dalam merawat keberagaman sebagaimana konsep wawasan kebangsaan. Karena itu peserta diajak berdiskusi mengapa kemenag ada, bagaimana jika kemenag tidak ada, kebijakan apa yang bisa memperkuat Kemenag. Eksistensi kemenag tidak lepas dari Sikap dan kapasitas Diri ASN Kemenag yang meliputi Wawasam Keagamaan, Wawasan Kebangsaan, kecakapan, Sikap Diri, dan paham konteks kehidipan Keagamaan. Materi ini diperkuat dengan Hot 7 Dot. Menggambar simbol moderat dan tidak moderat ini mengarahkan pada kesadaran bahwa mengubah dari moderat ke tidak moderat lebih sulit dari pada sebaliknya.

Ekosistem PMB

Pada materi ini peserta diajak bermain social precensing theater. Peserta bermain peran dengan cara non verbal dan ekspresi. Materi ini memperkuat peran masing-masing pihak dalam mengatasi problem sosial keagamaan.

Strategi Penguatan MB Beragama: U Proces dan Membangun Gerakan
Rethinking, Redesegning, Reframing dan Reacting adalah sebuah upaya menuju kondisi ideal melalui U Proces. Kegiatan ini dimulai dari menyubah mental model menjadi mental model baru. Materi puncak adalah Membangun Gerakan Kepemimpinan dan Kepeloporan. Bahwa Gerakan PMB membutuhkan kepeloporan dan kepemimpinan secara informal. Apa lagi sebagai gerakan perubahan berkelanjutan, membutuhkan kebijakan publik, dukungan ormas, dan sumber teologi serta masyarakat akar rumput.

*Dr. H. Sholehuddin, M.Pd.I adalah widyaiswara Bdk Surabaya dan Instruktur Nasional PMB

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan