DIBUKA Plt. KABAN, PUSDIKLAT TENAGA TEKNIS KEMENAG RI GELAR ToT PMB
Penguatan Moderasi Beragama (PMB) menjadi program prioritas Kemenag. Tentu hal ini harus direspon secara cepat dan tepat. Agar program prioritas ini berjalan efektif menurut Efa Ainul Falah, Koordinator pelaksana dalam laporannya mewakili Kapusdiklat pada pembukaan (4/4) membutuhakan fasilitator, master training bagi Kabalai, dan Instruktur Nasional.

Karena itu, menurutnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan Training of Trainer (ToT). Saat ini sudah tujuh angkatan. Sekarang ini digelar dengan dua angkatan yaitu angkatan VIII dan IX. Kegiatan digelar di Pusdiklat Kemenag RI selama enam hari (4-9/4). Dengan ToT, ini Pokja bisa menugaskan para alumni yang dinyatakan lulus untuk diterjunkan ke seluruh Indonesia.
Sementara itu, Plt. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI Prof. Abu Rohmad, PMB yang telah dirintis sejak era Pak Luqman Hakim Saifuddin (LHS), pada masa Gus Menteri Yaqut sekarang ini harus semakin kuat. Menurut ‘kitab suci’ MB yang diterbitkan Badan Litbang Kemenag, ada 4 indikator, yakni toleransi, komitmen kebangsaan, anti kekerasan dan menghormati tradis. Empat indikator tersebut sekarang harus mnjadi keyakinan dan doktrin kuat bagi bangsa ini untuk mengatasi persoalan bangsa.

Bangsa ini adalah bangsa beradab, segala persoalan dihadapi harus dijauhkan dari kekerasan. Memang ada negara negara yang karena tidak ada titik temu akhirnya terjasi perang. Contohnya Ukraina dan Rusia. Jika memang terpaksa ada kekerasan, itu pun menurut Staf Ahli Menag ini masih harus memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan. Tapi ini jangan terjadi Indonesia.
Karena itu dialog-dialog antar umat harus mengalami penguatan. Sebab,
Agama samawi dengan jumlah terbanyak, punya potensi kekerasan. Setiap misi, dakwah yang mengajak umat, memiliki potensi itu jika tidak dirawat.

Bagaima merawatnya, inilah pentingnya moderasi beragama. MB hadir dalam rangka merawat itu. Jika MB ini sukses maka yang bahagia tidak hanya Indonesia dan dunia tapi semua agama ikut bahagia dan merayakan.
Tugas kita saat ini adalah memberikan pencerahan kepada umat tentang pandangan agama yang tidak ekstrim baik kiri maupun kanan. Artinya kita harus menjadikan orang berpikiran moderat. “Menjadi orang yang berprinsip moderat dan berpikir moderat, maka dia harus punya modal kuat dalam ilmu agama”, tuturnya.
Maka, pelatihan kali ini ibarat orang sufi melakukan suluk. Selama enam hari harus mampu melahirkan orang salik. Bagi seorang salik, pasca pelatihan masalah relasi agama dan negara harus klir. Tidak boleh ada yang masih mempertanyakan keduanya.

Dalam ToT ini narasumber diagendakan melibatkan narasumber ternama seperti pak Luqman Hakim Saifuddin, Tim pokja seperti Alissa Wahid, Prof. Zainul Hamdi, Marzuqi Wahid, Hasanuddin Ali dan para instruktur Nasional. Sebut saja, Efa Ainul Falah, Sholehuddin, Paulus Tasik Galle, Saprillah, NW. Pujiastuti, Iqlillah, serta ada pula Dr. Sahirun dari Uin Yogyakarta. Peserta terdiri dari para widyaiswara dari Pusdikkat dan Balai Diklat dan dosen perguruan tinggi negeri dan swasta se-Indonesia.
Bagus dapat memberi perkembangan informasi sekitar kemenag.
Ijin Pak Sholeh, menambahkan pada kalimat terakhir, widyaiswara balai diklat ditambahkan widyaiswara balai diklat keagamaan se-Indonesia
Mksh. Sekalian ad bbrp yg perlu diedit