MUTIARA SURGA

Spread the love

Oleh Qurotul A’yun

Pengalaman Guru Terbaik

Pengalaman Adalah Guru Terbaik

Pengalaman adalah guru terbaik, maka menjadi guru adalah pengalaman terbaik yang saya alami. Awalnya guru adalah profesi yang tidak pernah saya inginkan karena memang dasarnya saya bukanlah lulusan keguruan. Saya kuliah jurusan Agronimi Fakultas Pertanian. Saya memperoleh akta empat hanya sekedar iseng mengikuti jejak teman-teman yang mengajar di paket C. Setelah mendapatkan akta empat, saya dipaksa juga oleh teman-teman mencoba peruntungan mendaftar PNS sebagai guru IPA MTsN di Lingkungan Kemenag Kabupaten Pasuruan, Alhamdullillah dinyatakn lulus.

Penempatan pertama di MTsN 4 Pasuruan yang berjarak 25 km dari rumah pada tahun 2005. Pengalaman pertama mengajar MTs sangatlah menjenuhkan, melelahkan, dan sangat membuat saya stress menghadapi siswa MTs yang notabennya masih kecil-kecil dengan gaya berfikir kekanak-kanakan. Keluh kesah sudah pasti sering saya lontarkan meskipun hanya di dalam hati. Menyesal sudah pasti tapi nasi sudah menjadi bubur tidak mungkin balik Kembali. Hanya kata sabar dan sabar sering saya dengungkan sendiri untuk menyemangati diri.

Tidak terasa dua tahun berlalu menjadi guru, tidak ada yang menarik tetap saja hanya keluh kesah. Suatu hari saya ada jadual mengajar jam ke 3-4 di kelas 8c yang merupakan kelas unggulan. Waktu saya mau masuk semua pintu ditutup rapat, gorden jendela juga ditutup rapat sama anak-anak. Saya ketuk tidak dibukakan pintu, ketukan jadi gedoran tetap saja tidak dibukakan pintu, akhirnya saya Kembali ke kantor dengan rasa marah yang luar biasa. Lewat beberapa saat seorag guru memanggil saya untuk masuk di kelas 8c karena anak anak gaduh dan seperti ada yang bertengkar sampai berteriak. Dengan Langkah terburu-buru meskipun sebenarnya malas saya melanggkah ke kelas tersebut. Alangkah terkejutnya saya ketika sampai dikelas kondisinya berantakan dan penuh dengan kertas warna warni yang sengaja dihambur-hamburkan. Saya tidak bisa menahan emosi melihat itu semua, saya marah dan meminta mereka menjelaskan semuanya.

Surprise

Surprise dari murid

Ketua kelas yang bernama Ali Maksum maju ke depan dan mengatakan “Kami sengaja membuat keributan. Saya semakin jengkel melihat itu semua. Saya hanya diam kehabisan kata dan dengan perasaan tidak karuan saya bilang “kalian memang anak yang baik, saya tinggal keluar. Tiba-tiba anak anak perempuan berlari memeluk saya sambal mengucapkan “Selamat Ulang Tahun Bu. Ayun” disertai guru-guru lain yang sudah diminta bantuan anak-anak. Setelah itu anak-anak mengekuarkan Kue ULTAH lengkap dengan lilin berbetuk angka sesuai umur saya. Saya tidak tahu harus bilang apa, rasa sedih, haru, Bahagia, bangga menjadi seorang guru campur aduk tidak karuan. Saya terharu karena saya sendiri lupa kalau hari itu ulangtahun saya. Bagi saya ultah bukanlah sesuatu yang istimewa biasa saja oleh karena itu saya tidak pernah merayakannya meskipun hanya sekedar mengingatnya. Tapi mereka siswa yang saya ajar dengan rasa kesal, penuh keluh kesah, marah malah mengingat ultah saya bukankah sesuatu yang wow begitu?

Baca Juga : KULIAH PASCA DI ERA KAMPUS MERDEKA

Peristiwa itu akan saya ingat sampai kapan pun. Sejak saat itu saya berkomitmen untuk menjadi guru yang baik untuk anak-anak didik saya. Tidak ada keluh kesah, jengkel karena sifat kekanak-kanakn mereka dan sebagainya. Saya harus belajar menjadi guru yang baik dan terbaik bagi mereka. Seorang guru yang bisa menjadi orang tua kedua. Seseorang yang dituntut pandai berkomunikasi, berpikir jauh ke depan, mengorganisasi sebuah kelas, ataupun sosok yang bisa mengayomi. Seseorang yang menjadikan segala sesuatu yang menjadi urusan siswanya berjalan dengan lancar. Sosok yang bisa memberi kebahagiaan bagi muridnya, serta menyebarkan kegembiraan dalam proses pembelajaran. Mengiringi kegiatan mereka dengan doa yang kita panjatkan tiap selesai sholat lima waktu. Dengan harapan apa yang kita tanam membuahkan hasil yang kita harapkan. Pepatah bilang apa yang kita tanam akan kita panen.

Mbah Maimun Zubair

mbah Maimoen Zubair
source by Google

KH. Maimun Zubair atau yang akrab disapa Mbah Moen berpesan, menjadi guru itu tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik. Masalah muridmu kelak jadi pintar atau tidak, serahkan kepada Allah. Didoakan saja terus menerus agar muridmu mendapat hidayah. Khususnya ketika menghadapi ada murid yang nakal, menjengkelkan dan bikin lelah. Seorang guru dianjurkan berfikir positif bahwa salah satu dari murid yang kita ajar menjadi salah satu Mutiara yang bisa menarik kita ke surga Allah.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan