SPIRITUAL LEADERSHIP DI KALANGAN MILITER

Spread the love

Catatan Kultum Dzuhur di Masjid At Taqwa Makodam V Brawijaya

Hari ini di (Senin, 18/4) sela-sela Pelatihan Penggerak Penguatan Moderasi Beragama (PPPMB) di Kemenag Kota Surabaya saya berkesempatan memenuhi undangan Takmir Masjid At Taqwa Makodam V Brawijaya dalam Kuliah Tujuh Menit (Kultum) Dzuhur. Di deretan depan sebelah paimaman tampak Kasdam V Brawijaya. Saya sempat bertegur sapa dan bersalaman. Ternyata beliau sangat humble dan familiar. Kami sempat diskusi seputar haji.

Sebelum qamat beliau berpesan lewat takmir mohon do’a untuk delegasi Kodam dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) antar anggota dan keluarga TNI-Polri (Tahun 2000 saya pernah ikut dan juara MTQ di Garnisun Tetap III Surabaya mewakili Kodikal). Saya lihat beliau tidak ingin terlalu dilayani untuk hal-hal kecil, misal dibawakan sajadah oleh ajudan. Setelah kultum saya didatangi Perwira Rohani (Paroh) Kapten Sujayat untuk sekadar ngobrol ringan.

Ini merupakan contoh kecil spiritualitas dalam bingkai ritualitas yang tinggi di kalangan militer khususnya Angkatan Darat (Makodam). Bahwa hubungan kemanusiaan tetap dijaga tanpa dibatasi pangkat dan jabatan.

Ada beberapa catatan saya terkait internalisasi nilai spiritualitas dalam bingkai ritualitas. Misal, adanya pembinaan mental anggota, umroh untuk anggota, pembinaan MTQ, dan masih banyak lagi yang belum banyak dieksplorasi. Tentu praktik keberagamaan dengan memadukan ritual dan spiritual dalam setiap organisasi dipengaruhi oleh pola kepemimpinan yang disebut spiritual leadership.

Menurut Louis W Fry (2003) spiritual leadership (kepemimpinan spiritual) merupakan paradigma yang muncul dalam konteks yang lebih luas dari spiritualitas tempat kerja dan dirancang untuk menciptakan organisasi pembelajaran yang termotivasi secara intrinsik. Motivasi instrinsik lebih mengarah pada nilai-nilai dan esensi dari sekadar ritual. Misal kebersamaan, keadilan, kedisiplinan, dan loyalitas.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan